TESIS PTK PENGGUNAAN METODE QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS DITINJAU DARI INTELIGENSIA SISWA DI SMAN X

(KODE PTK-0031X) : TESIS PTK PENGGUNAAN METODE QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS DITINJAU DARI INTELIGENSIA SISWA DI SMAN X (MATA PELAJARAN : GEOGRAFI)



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat dan mendorong peningkatan kehidupan yang bidang kajiannya memungkinkan peserta didik memperoleh jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya yang menekankan pada aspek spasial, dan ekologis dari eksistensi manusia (Depdiknas, 2000 : 533). Pembelajaran Geografi bukan hanya untuk menguasai tentang pengetahuan belaka, tetapi juga untuk mampu menggunakan ilmu yang telah dipelajarinya dan membentuk siswa agar menjadi warga masyarakat yang percaya diri dalam berperan serta secara produktif (Depdiknas, 2000 : 47).
Berdasarkan rumusan tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran Geografi memiliki makna penting dalam pembentukan manusia yang produktif. Namun demikian, berdasarkan pengamatan proses pembelajaran Geografi di kelas berjalan tidak efektif. Guru lebih mendominasi kelas, siswa lebih bersifat pasif dan tidak berminat atau termotivasi untuk mempelajari materi-materi Geografi dengan lebih mendalam. Hal ini berpengaruh terhadap hasil prestasi yang dicapai oleh siswa yang ditunjukkan melalui nilai ulangan harian.
Ulangan harian siswa kelas XI IPS 1 SMAN X menunjukkan ketuntasan belajar klasikal tidak tercapai. Hal ini ditunjukkan dari rendahnya nilai yang diperoleh siswa pada saat ulangan harian. Sebagian besar siswa belum mencapai standar ketuntasan belajar minimal (SKBM = 66) yang ditetapkan oleh sekolah. Hal ini terlihat dari rendahnya rerata nilai untuk kelas tersebut, seperti tersaji pada tabel berikut ini.

* Tabel sengaja tidak ditampilkan *

Permasalahan rendahnya prestasi belajar siswa tersebut harus segera diatasi. Ketuntasan belajar klasikal tidak tercapai berarti tujuan pembelajaran juga tidak akan tercapai. Oleh karena itu diupayakan proses pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa secara optimal.
Langkah awal yang dapat dilakukan oleh guru dalam memperbaiki proses pembelajaran adalah dengan mengubah paradigma teaching menjadi paradigma learning. Dalam hal ini, guru tidak lagi berperan sebagai penyampai materi dan siswa bukan berperan sebagai kendi kosong yang akan diisi oleh guru. Guru seharusnya tidak mendominasi kegiatan pembelajaran, sedangkan siswa hanya duduk, diam, mendengarkan, mencatat, dan mentaati segala perlakuan guru.
Dalam paradigma learning, pusat pembelajaran adalah siswa. Dalam hal ini proses pendidikan menjadi proses bagaimana belajar bersama antara guru dan anak didik (Sidi, 2000: 25). Guru dalam konteks ini juga termasuk dalam proses belajar.
Paradigma learning juga secara jelas terlihat dalam empat visi pendidikan menuju abad 21 versi UNESCO. Keempat visi tersebut adalah (1) learning to think, (2) learning to do, (3) learning to live together, dan (4) learning to be.
Keempat visi pendidikan tersebut dapat disimpulkan menjadi learning how to learn. Dalam hal ini pendidikan tidak hanya berorientasi pada nilai akademik yang bersifat pemenuhan aspek kognitif saja, tetapi juga berorientasi pada bagaimana seorang siswa bisa belajar dari lingkungan, dari pengalaman, dan dari alam, sehingga mereka bisa mengembangkan sikap-sikap kreatif dan daya pikir yang imajinatif.
Salah satu metode pembelajaran yang sesuai dengan paradigma learning adalah pembelajaran dengan quantum teaching. Pembelajaran quantum teaching merupakan pembelajaran yang berlangsung secara meriah dengan segala suasananya. Pembelajaran ini lebih terpusat kepada siswa, dengan metode pembelajaran yang menyenangkan. Pemakaian berbagai alat bantu seperti penataan bangku yang berbeda-beda, dan musik mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menarik minat siswa untuk terus mengikuti pembelajaran.
Selain metode pembelajaran, keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, baik faktor dari dalam maupun faktor dari luar. Salah satu faktor yang berasal dari dalam diri siswa adalah taraf inteligensia.
Para ahli pendidikan berpendapat bahwa taraf inteligensia seseorang berpengaruh terhadap kemampuannya menyerap pelajaran atau mengikuti proses pembelajaran. Hamalik (1992:89) mendefinisikan inteligensia sebagai kemampuan untuk memudahkan penyesuaian secara tepat terhadap berbagai segi dari keseluruhan lingkungan seseorang. Dalam hubungan ini dikemukakan konsep yang lebih jauh tentang fungsi inteligensia, yaitu kemampuan-kemampuan untuk belajar di dalam situasi-situasi yang beraneka ragam, memahami dan membandingkan fakta-fakta yang luas dan abstrak dengan cepat dan tepat, memusatkan proses-proses mental terhadap masalah-masalah dan menunjukkan fleksibelitas dan kecerdikan dalam upaya mencari cara-cara penyelesaian
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa taraf inteligensia yang berbeda akan menghasilkan prestasi belajar yang berbeda pula. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa siswa dengan taraf inteligensia yang rendah akan mencapai prestasi belajar yang berbeda dengan siswa yang memiliki taraf inteligensia yang tinggi.
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memperbaiki proses pembelajaran di kelas pada mata pelajaran Geografi dan dapat meningkatkan presatasi belajar siswa. Selain itu, penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat mengetahui faktor taraf inteligensia terhadap prestasi belajar, aktivitas, dan kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat di muka umum.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah penggunaan metode quantum teaching dapat meningkatkan prestasi belajar Geografi siswa kelas XI di SMAN X dilihat dari taraf inteligensianya?
2. Apakah penggunaan metode quantum teaching dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas XI di SMAN X dalam kegiatan belajar dilihat dari taraf inteligensianya?
3. Apakah penggunaan metode quantum teaching dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas XI di SMAN X dalam menyampaikan pendapat di muka umum dilihat dari taraf inteligensianya?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui peningkatan prestasi belajar Geografi siswa kelas XI di SMAN X dengan metode quantum teaching dilihat dari taraf inteligensianya.
2. Mengetahui peningkatan aktivitas siswa kelas XI di SMAN X dalam kegiatan belajar dengan mempergunakan metode quantum teaching dilihat dari taraf inteligensianya.
3. Mengetahui peningkatan kemampuan siswa kelas XI di SMAN X dalam menyampaikan pendapat di muka umum dengan metode quantum teaching dilihat dari taraf inteligensianya.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik manfaat secara teoretis maupun manfaat praktis sebagai berikut.
1. Manfaat Teoretis.
a. Bagi akademik
Pelaksanaan dan hasil penelitian ini dapat menambah atau memperkaya kajian teori di bidang ilmu pengetahuan khususnya mengenai metode pembelajaran.
b. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan atau referensi bagi peneliti selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis baik bagi guru, maupun siswa, sebagai berikut.
a. Bagi guru
1) Dengan dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini, guru dapat mengetahui strategi pembelajaran bervariasi yang lebih baik, lebih praktis dan hemat waktu, sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas.
2) Guru akan terbiasa melakukan penelitian kecil yang tentunya akan sangat bermanfaat bagi perbaikan pembelajaran serta karier guru itu sendiri.
3) Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi guru dalam upaya untuk menciptakan proses pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa.
4) Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan mempertimbangkan keunikan dan juga taraf inteligensia masing-masing siswa yang berbeda-beda.
b. Bagi siswa
1) Memberi suasana belajar yang menyenangkan
2) Siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan penalaran sehingga akan meningkatkan pemahaman mereka.
3) Siswa diberi kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat terekam dengan lebih baik.
4) Siswa diberi kesempatan untuk berani mengemukakan pendapat sehingga meningkatkan rasa percaya diri mereka.
5) Prestasi belajar siswa dapat meningkat.
6) Sebagai model acuan dalam memberikan pengalaman belajar kepada siswa dalam menghadapi kurikulum berbasis kompetensi.

Postingan terkait: