SKRIPSI PENGARUH PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER PILAR HORMAT DAN SANTUN TERHADAP SOPAN SANTUN SISWA DI TK X

(KODE PEND-AIS-0040) : SKRIPSI PENGARUH PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER PILAR HORMAT DAN SANTUN TERHADAP SOPAN SANTUN SISWA DI TK X



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Krisis multi dimensi yang dialami bangsa Indonesia saat ini, telah memberi dampak yang besar dalam berbagai tatanan kehidupan bangsa. Banyak yang mengatakan bahwa masalah terbesar yang dihadapi bangsa Indonesia adalah terletak pada aspek moral. Terbukti dengan banyaknya berita tentang tawuran antar pelajar, kasus-kasus narkoba yang sering kita lihat di televisi tidak jarang pemakainya juga masih menyandang status pelajar, beberapa pelajar berada di "terali besi" karena menganiaya gurunya sendiri, anak yang tidak lagi memiliki sopan santun pada orang tua. Dan yang sangat parah lagi yaitu ada anak yang berani membunuh orang tuanya sendiri. Apabila ini tidak diperhatikan dan dicarikan solusinya secara cepat dan tepat, maka tampaknya bangsa Indonesia tidak akan bisa bangkit.
Kita harus menyadari bahwa tujuan pendidikan adalah memperbaiki moral, lebih tegasnya yakni "memanusiakan manusia". Berbagai macam kurikulum telah dipergunakan di Negara kita tercinta ini yang tidak lain adalah untuk tercapainya tujuan-tujuan pendidikan yang telah teramanatkan dalam UUD 1945 pada umumnya dan pada khususnya dalam perundang-undangan pendidikan yang telah dibuat oleh pemerintah.
Mulai dari kurikulum 1975 kemudian dilanjutkan dengan kurikulum 1984, setelah itu diteruskan dengan penggunaan kurikulum 1994 yang terkenal dengan pendekatan CBSA-nya. Setelah itu muncul kembali sebagai penyempurna kurikulum 1994 itu yang dikenal dengan kurikulum 1999 (suplemen kurikulum sebelumnya). Perjalanan kurikulum pendidikan Indonesia tidak hanya berhenti sampai disini. Pemformatan ulang kurikulum terjadi lagi pada tahun 2004 yang menitik beratkan pada pengolahan bakat anak sesuai kompetensi masing-masing. Kurikulum ini dinamai dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Pada kurikulum ini pemerintah mulai memberi angin segar pada peserta didik. Mengapa? Karena kurikulum sebelumnya yang menerapkan penekanan pada aspek kognitif saja sekarang telah bergeser pada tiga aspek yaitu Kognitif (pikiran), afektif (perasaan), dan terakhir Psikomotorik (ketrampilan). Jadi pada kurikulum ini pemerintah mulai mencoba untuk menggarap peserta didik menjadi manusia yang seutuhnya melalui tiga aspek tersebut dan yang terpenting adalah sesuai dengan bakat dan kompetensi masing-masing individu.
Demikian panjangnya perjalanan kurikulum pendidikan kita yang dilihat sepintas seperti melakukan kelinci percobaan pada peserta didik. Kalau kita menilik undang-undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Pasal 3, "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab" maka kita dapat memahami bahwa tujuan utama pendidikan adalah membentuk insan yang beriman dan berakhlak mulia.
Berdasarkan uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah belum sesuai dengan harapan yang tertuang dalam Undang-Undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Pasal 3 tersebut. Oleh karena itu, ada seorang tokoh Indonesia yang bernama Ratna Megawangi yang telah menyelesaikan program Ph.D-nya di Tufts University Amerika, memunculkan sebuah model pendidikan alternatif yang disebut dengan "Pendidikan Karakter".
Ratna Megawangi berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah sebuah usaha mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif pada lingkungannya. Adapun nilai-nilai karakter yang ditanamkan kepada anak-anak adalah nilai-nilai universal yang mana seluruh agama, tradisi dan budaya pasti menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut yang selanjutnya dituangkan dalam kurikulum dan kegiatan anak-anak di sekolah. Pendidikan karakter ini pun tidak bertentangan dengan konsep KBK karena mengukir akhlak melalui proses knowing the good, loving the good, feeling the good and acting the good yaitu sama-sama melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Kita sering mendengar ungkapan yang mengatakan bahwa mengajarkan anak-anak kecil ibaratnya seperti menulis di atas batu yang akan terbekas sampai usia tua, sedangkan mengajarkan pada orang dewasa diibaratkan seperti menulis di atas air yang akan cepat sirna dan tidak membekas.
Ungkapan itu tidak dapat diremehkan begitu saja karena karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang. Banyak pakar pendidikan mengatakan bahwa kegagalan penanaman karakter sejak dini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak.
Anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter jika dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter, sehingga fitrah setiap anak yang dilahirkan suci dapat berkembang secara optimal, sebagaimana sabda rasulullah SAW:
Artinya:
"Tidak ada anak yang dilahirkan kecuali dalam keadaan suci, maka kedua orang tuanya lah yang menjadikannya yahudi, nashrani dan majusi". (H.R. Imam Muslim)
Sesuai yang dikemukan oleh Thomas Lickona: "walaupun jumlah anak-anak hanya 25% dari total jumlah penduduk, tetapi menentukan 100% masa depan". Oleh karena itu penanaman pendidikan karakter sedini mungkin kepada anak-anak adalah kunci utama untuk membangun bangsa.
Sayangnya, sistem pendidikan dini yang ada sekarang ini terlalu berorientasi pada pengembangan otak kiri (kognitif) dan kurang memperhatikan pengembangan otak kanan (afektif, empati, rasa). Lebih jauh lagi, mata pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan karakter pun (seperti budi pekerti dan agama) ternyata pada prakteknya lebih menekankan pada aspek otak kiri (hafalan atau hanya sekedar "tahu"). Oleh sebab itu, Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang sangat urgen untuk segera diimplementasikan di sekolah sebagai rumah kedua setelah keluarga (institusi yang pertama dan utama dalam pembentukan karakter anak), terutama di sekolah Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: "PENGARUH PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER PILAR HORMAT DAN SANTUN TERHADAP SOPAN SANTUN SISWA TK X"

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan pendidikan karakter pilar hormat dan santun di TK X?
2. Bagaimana kondisi sopan santun siswa di TK X?
3. Bagaimana pengaruh pelaksanaan pendidikan karakter pilar hormat dan santun terhadap sopan santun siswa di TK X?

C. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi untuk mencegah terjadinya bahasan yang terlalu luas. Batasan-batasan tersebut sebagai berikut:
a. Dalam penelitian ini hanya menggunakan pendidikan karakter pilar hormat dan santun berdasarkan pemikiran Ratna Megawangi.
b. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengungkap pengaruh pelaksanaan pendidikan karakter pilar hormat dan santun terhadap sopan santun berdasarkan pemikiran Ratna megawangi.
c. Peneliti menggunakan penelitian populasi yaitu kelompok A di TK X.

D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan tentang pelaksanaan Pendidikan karakter pilar hormat dan santun di TK X.
2. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan kondisi tentang sopan santun siswa di TK X.
3. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan tentang pengaruh pelaksanaan pendidikan karakter pilar hormat dan santun terhadap sopan santun siswa di TK X.

E. Manfaat Hasil Penelitian
Adapun manfaat hasil penelitian ini mencakup dua hal yaitu
1. Manfaat Akademik Ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbang khasanah ilmu pengetahuan dan mengembangkan Pendidikan Agama Islam. Khususnya di Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri dan di Indonesia pada umumnya.
2. Manfaat Sosial praktis
a. Bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan semakin meningkatkan sopan santun siswa.
b. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan selanjutnya untuk lebih menekankan pada pengajaran sikap sopan santun.
c. Bagi penulis
Penelitian ini akan memberi manfaat yang sangat berharga berupa pengalaman praktis dalam penelitian ilmiah. Sekaligus dapat dijadikan referensi ketika mengamalkan ilmu terutama di lembaga pendidikan.
d. Bagi almamater
Semoga hasil penelitian ini akan dapat memberi sumbangan yang berarti serta dapat menjadi bahan acuan dalam penelitian selanjutnya.

F. Hipotesa Penelitian
Hipotesis berasal dari kata "hypothesis" yang terdiri dari kata "hypo" dan "thesa". Hypo artinya lemah dan thesa artinya teori. Secara istilah hipotesis berarti teori yang belum diuji kebenarannya.
Dari data-data awal atau sementara yang didapatkan, penulis dapat menarik kesimpulan sementara, yaitu:
1. Hipotesis kerja atau hipotesis alternatif yang disimbolkan dengan (Ha), ini menjelaskan bahwa adanya pengaruh antara dua variabel yaitu variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y) jadi, dalam penelitian ini Ha-nya adalah Adanya pengaruh pelaksanaan pendidikan karakter pilar hormat dan santun terhadap sopan santun siswa di TK X.
2. Hipotesis nihil (hipotesis statistik) yang disimbolkan dengan (Ho), ini berarti bahwa tidak ada pengaruh antara dua variabel, yaitu variabel independen (X) dan variabel dependen (Y). Jadi, dalam penelitian ini Ho-nya adalah Tidak Adanya pengaruh pelaksanaan pendidikan karakter pilar hormat dan santun terhadap sopan santun siswa di TK X.

G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam sebuah penelitian, untuk mendapatkan suatu keberhasilan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka penulis perlu menggunakan metode yang dianggap sesuai dengan tujuan penelitian.
Menurut Mardalis metode di sini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang akan dilakukan dalam proses penelitian, sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran.
Dalam penelitian ini penulis memilih jenis penelitian kuantitatif korelatif yaitu metode untuk menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka-angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin diketahui dengan pendekatan korelasi (hubungan timbal balik).
2. Populasi dan Sampel
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang akan diduga. Dikatakan juga bahwa populasi merupakan keseluruhan subyek dalam penelitian.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelompok A TK X Tahun ajaran X yang berjumlah 3 siswa. Sedangkan yang dimaksud dengan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Sebuah sampel haruslah dipilih sedemikian rupa sehingga setiap satuan elementer mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih dan besarnya peluang tersebut tidak boleh sama dengan 0,10 karena populasi dalam penelitian ini kurang dari 100 responden. Maka penulis mengambil keseluruhan dari populasi. Dengan demikian penelitian ini bukan termasuk penelitian sampel melainkan penelitian populasi.
3. Jenis Data dan Sumber Data
a. Jenis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu:
1. Data Kualitatif, yaitu data yang hanya dapat diukur secara tidak langsung. Dalam hal ini, data yang dimaksud antara lain, gambaran umum TK X, pelaksanaan pendidikan karakter.
2. Data Kuantitatif, adalah data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung karena berupa angka-angka. Adapun data yang dimaksud adalah: data tentang jumlah guru, siswa, karyawan, jumlah sarana dan prasarana, hasil angket serta data-data lainnya yang berupa angka.
b. Sumber Data
Sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh. Adapun sumber data penelitian ini terdiri dari:
1. Field Literature
Adalah sumber data yang digunakan untuk mencari landasan teori tentang permasalahan yang diteliti dengan menggunakan buku-buku kepustakaan.
2. Field Research
Adalah sumber data yang diperoleh dari lapangan penelitian, yaitu mencari data dengan cara terjun langsung ke obyek penelitian untuk memperoleh data yang lebih konkrit yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Sumber data ini ada dua macam, yaitu:
a) Manusia meliputi: kepala sekolah, guru, orang tua dan siswa.
b) Non-manusia meliputi: dokumen sekolah, denah sekolah dan susunan organisasi sekolah.

H. Definisi Operasional
Agar dalam penulisan ini tidak terjadi kerancuan makna atau salah persepsi, maka dipandang perlu dalam penulisan ini dicantumkan definisi dari permasalahan yang diangkat:
Pengaruh : Yang ada atau timbul dari sesuatu (orang lain, benda) yang berkuasa ghaib dan sebagian
Pelaksanaan : Proses, cara, perbuatan melaksanakan
Pendidikan Karakter Pilar Hormat Dan Santun: Mengukir Karakter (akhlak) melalui proses knowing the good, loving the good, acting the good yaitu proses melibatkan aspek kognitif, emosi dan fisik dengan menanamkan nilai karakter hormat dan santun sehingga akhlak mulia bisa terukir menjadi habit of the mind, heart dan hands.
Sopan Santun : Bertingkah laku yang baik, bertindak kepada orang lain yang membuat orang lain merasa bernilai, diperhatikan dan dihargai; tulus dalam mengucapkan "terimakasih" dan "maaf", dan itu terpancar dari ekspresinya. Adapun indikator sopan santun yang dapat diamati bagi anak TK menurut Ratna Megawangi adalah:
a. Anak dapat mengucapkan terima kasih jika dibantu
b. Anak menyapa atau mengucapkan salam ketika bertemu orang tua, guru, teman atau tetangga
c. Anak duduk pada saat makan
d. Anak makan tidak berantakan
e. Anak santun ketika berbicara di telepon
f. Anak tertib saat melakukan/mengikuti kegiatan
g. Anak meminta izin ketika ingin menggunakan barang milik orang lain
h. Anak ketika meminta tolong dengan cara yang baik
i. Anak meminta maaf jika melakukan kesalahan
j. Anak tidak mengucapkan kata-kata yang tidak patut (makian, umpatan, panggilan buruk kepada temannya)
TK X: Taman kanak-kanak karakter bertempat di X yang bernaung di bawah yayasan "Badan Waqaf Warisan Nilai Luhur Indonesia" (Indonesia Heritage Foundation) Jakarta yang bergerak di bidang pendidikan karakter untuk anak dan diprakarsai oleh Ibu DR. Ir. Ratna Megawangi, Msc sekaligus sebagai Direktur Utama IHF Jakarta.
Dari definisi di atas yang dimaksud dalam judul skripsi ini adalah adakah pengaruh pelaksanaan pendidikan karakter pilar hormat dan santun terhadap sopan santun siswa di TK X, karena melihat kondisi generasi kita sekarang mengalami dekadensi moral dan diharapkan pendidikan karakter ini dapat dijadikan sebagai solusi yang cepat dan tepat.

I. Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika pembahasan skripsi ini tersusun menjadi 4 (empat) bab, yang terdiri dari :
BAB I : PENDAHULUAN; yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, hipotesa penelitian, metode penelitian (meliputi: jenis penelitian, populasi dan sampel, jenis data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisa data), definisi operasional dan sistematika pembahasan.
BAB II : LANDASAN TEORI, yang meliputi:
A. Pelaksanaan Pendidikan karakter pilar hormat dan santun
B. Sopan santun siswa
C. Pengaruh pelaksanaan pendidikan karakter pilar hormat dan santun terhadap sopan santun siswa
BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN, yang meliputi
A. Gambaran umum obyek penelitian
B. Penyajian data
C. Analisis data
BAB IV : PENUTUP, yang berisi kesimpulan dari seluruh pembahasan skripsi ini dan sekaligus memberikan saran-saran.

Postingan terkait: