BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan tersebut mengenali, menghargai, dan memanfaatkan sumber daya manusia dan hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada anggota masyarakatnya, kepada peserta didik.
Sumber daya manusia yang berkualitas hanya dapat diciptakan lewat lembaga pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Kedua lembaga ini secara simultan memproses row input untuk dapat lebih cerdas sebagaimana yang diamanatkan oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea ke empat, "mencerdaskan kehidupan bangsa".
Indikator sumber daya manusia yang berkualitas, satu diantaranya adalah munculnya produk kreatif seseorang. Produk kreatif akan muncul bila mana ada motivasi baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik disertai komitmen yang tinggi untuk mencapai prestasi serta adanya wahana yang memungkinkan munculnya kreativitas. Semakin tinggi potensi kreativitas seseorang dan didukung keterbukaan wahana untuk mengekspresikan kreativitasnya, maka semakin terbuka pulalah peluang munculnya produk kreatif.
Berkenaan dengan hal diatas, maka fungsi sekolah sebagai wahana menumbuh kembangkan kreativitas jiwa harus dioptimalkan. (Dedi Supriyadi, 1997:18). Guru harus piawai didalam menyusun skenario pembelajaran. Skenario atau desain pembelajaran yang baik adalah yang memungkinkan siswa dapat mengekspresikan kreativitasnya.
Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupanya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan ayat (3) menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Untuk itu, seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003.
Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuanya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudakan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat. Setiap orang mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda pula. Pendidikan bertujuan untuk memandu (yaitu mengidentifikasi dan membina serta memupuk (yaitu mengemengembangkan dan meningkatkan) bakat tersebut, termasuk dari mereka yang berbakat istimewa atau memiliki kemampuuan dan kecerdasan luar biasa. (Munandar. 1999:6).
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan. Penerimaan seseorang sebagai peserta didik dalam suatu satuan pendidikan diselenggarakan dengan tidak membedakan jenis kelamin, agama, suku, ras, kedudukan sosial, dan tingkat kemampuan ekonomi dengan tetap mengindahkan kekhususan satuan pendidikan yang bersangkutan.
Adapun pendidikan formal seperti yang diuraikan pada pasal 14 UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa jenjang pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Berkaitan dengan usaha pemerintah meningkatkan kesiapan calon peserta didik untuk jenjang pendidikan dasar, maka diberlakukan kebijakan pendidikan anak usia dini.
Program pendidikan nasional, secara umum, meliputi tiga tahapan yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar dimulai ketika anak menginjak usia enam tahun atau lebih. Sementara itu ketika anak berusia kurang dari enam tahun (antara empat sampai dengan lima tahun ), anak umumnya telah mengikuti pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK), walaupun menurut program pendidikan nasional, pendidikan TK ini bukan merupakan jenjang pendidikan yang harus diikuti. Pendidikan di TK merupakan bentuk pendidikan fakultatif dalam rangka mempersiapkan anak-anak masuk ke pendidikan SD. Sekalipun bersifat fakultatif pendidikan di TK, tetap diakui eksistensinya sebagai suatu jenis pendidikan yang penting karena keberadaanya itu merupakan basis bagi pendidikan selanjutnya, terutama dalam bidang pendidikan kreatif.
Dalam PP RI Nomor 27, tahun 1990 tentang pendidikan prasekolah menjadi lebih kuat setelah munculnya dasar hukum tambahan. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0486/U/1992 Bab I Pasal 2 Ayat (1) yang telah dinyatakan bahwa Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan wadah untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rokhani anak didik sesuai dengan sifat-sifat alami anak (Soemantri Patmodewo, 2000 :44).
Taman Kanak-kanak didirikan sebagai usaha mengembangkan seluruh segi kepribadian anak didik dalam rangka menjembatani pendididkan dalam keluarga ke pendidikan sekolah. TK merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik diluar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar.
Kegiatan di Taman Kanak-kanak tentunya sangat berbeda dengan kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar. Kegiatan di TK dilaksanakan dengan cara bermain sesuai dengan prinsip TK yaitu "bermain sambil belajar, dan belajar seraya bermain", hal ini merupakan cara yang paling efektif, karena dengan bermain anak dapat mengembangkan berbagai kreativitas anak didik di TK, termasuk perkembangan motorik halus anak, meningkatkan penalaran dan memahami keberadaan lingkungan, terbentuk imajinasi, mengikuti imajinasi, mengikuti peraturan, tata tertib dan disiplin. Dalam kegiatan bermain anak menggunakan seluruh aspek pancainderanya.
Dengan bermain anak dapat menemukan lingkungan orang lain, dan menemukan dirinya sendiri, sehingga anak dapat bersosialisasi dengan lingkungan tersebut, anak dapat menghargai orang lain, tenggang rasa terhadap orang lain, tolong menolong sesama teman dan yang lebih utama anak dapat menemukan pengalaman baru dalam kegiatan tersebut. Bermain dapat memotivasi anak untuk mengetahui segala sesuatu secara lebih mendalam, dan secara spontan anak dapat mengembangkan bahasanya, dengan bermain anak dapat bereksperimen.
Kegiatan bermain di TK merupakan hal yang menyenangkan, kegiatan belajar di TK adalah bermain yang kreatif dan menyenangkan. Dengan demikian anak didik tidak akan canggung lagi menghadapi cara pembelajaran dijenjang berikutnya. Dalam memberikan kegiatan belajar pada anak didik harus diperhatikan kematangan atau tahap perkembang kreativitas anak didik, alat bermain atau alat bantu, metode yang digunakan, serta waktu dan tempat bermainya.
Kegiatan percobaan sains ini merupakan salah satu cara agar anak lebih bersemangat mengikuti pembelajaran di TK, karena kegiatan percobaan sains dapat mengembangkan aspek perkembangan anak didik, yakni aspek bahasa, kognitif, kreativitas, psikososial, dan fisiologis, dalam kegiatan percobaan sains anak akan diajak bereksplorasi, mengidentifikasi melakukan klasifikasi, prediksi, eksperimen, dan melakukan evaluasi. (Depdiknas, 2003 :3)
Menurut Hildebrand (1986), bahwa anak TK mempunyai dorongan yang kuat untuk mengenal lingkungan alam sekitar dan lingkungan sosialnya lebih baik. Anak ingin memahami segala sesuatu yang dilihat dan didengar (Moeslichatoen, 1999 : 10). Segala sesuatu yang diamati oleh inderanya. Untuk menanggapi dorongan tersebut anak berusaha menemukan jawaban sendiri dengan berbagai cara. Misalnya jawaban terhadap segala sesuatu yang dilihat, didengar, dicium, dirasakan atau diraba itu. Tentang bagaimana terjadinya, dari mana segala sesuatu itu berasal atau apa yang terjadi bila sesuatu itu dipegang, diubah kedudukanya, dibanting dan sebagainya.
Untuk mendapatkan informasi dan pengalaman anak TK mempunyai dorongan yang kuat untuk menjelajahi dan meneliti lingkunganya. Dengan menggerakkan dan memainkan sesuatu, anak akan memperoleh pengalaman. Anak juga mempunyai dorongan yang kuat untuk menguji dan mencoba kemampuan dan ketrampilanya terhadap sesuatu. Kegiatan mencoba ini tidak hanya memberikan kesenangan bagi anak melainkan juga memberi pengalaman yang lebih baik tentang sifat-sifat yang dimiliki sesuatu benda. Karena itu, bila anak TK diberi kesempatan untuk bereksperimentasi, mencoba, menguji dengan berbagai sumber belajar mereka akan memperoleh penyempurnaan dalam cara kerja mereka dan juga dapat mengapresiasi cara kerja anak lain.
Taman Kanak-kanak X, khususnya kelompok A, dalam pembelajaran sains dari prestasi akademik sudah membanggakan. Hal ini terbukti dengan nilai rata-rata ulangan harian selama semester I adalah 7,1. ini berarti taraf serap siswa mencapai 7,1% (Dokumentasi Guru, 2004). Dengan demikian Tujuan Pengembangan Produk masih sangat merisaukan. Dari daftar Nilai Pengamatan, diperoleh rata-rata nilai anak didik untuk Kreativitas masih 5,4 yang berarti masih dibawah batas belajar tuntas, yakni 7,5% (Dokumentasi Guru, 2004). Jumlah anak didik kelompok A adalah 44 anak, yang terdiri dari kelompok A1 berjumlah 22 anak dan kelompok A2 berjumlah 22 anak, dengan latar belakang sosial ekonomi orang tua lebih dari 80% mampu dan sudah sadar akan pendidikan anaknya, sehingga setiap anak didik memiliki berbagai perlengkapan untuk menunjang belajarnya di Sekolah.
Berpijak pada hal-hal tersebut diatas, secara khusus, patut dipertanyakan pula bagaimana percobaan sains di TK itu berlangsung dan dengan kata lain apakah percobaan sains dapat meningkatkan aspek perkembangan kreativitas anak didik di Taman Kanak-kanak.
B. Fokus Permasalah
Dari uraian latar belakang diatas, dapat diidentifikasi permaslahan yang timbul pada pembelajaran melalui percobaan sains di Taman Kanak-Kanak X adalah sebagai berikut :
1. Percobaan sains di TK masih menekankan pada tujuan pengembangan produk yang berupa prestasi akademik anak didik. Hal ini berarti baru potensi kecerdasan anak didik yang dikedepankan.
2. Proses ilmiah, khususnya kreativitas anak didik belum dikembangkan seoptimal mungkin.
3. Aktivitas guru dan siswa belum optimal, sehingga pembelajaran masih berpusat pada guru.
C. Rumusan Masalah
Dari fokus masalah tersebut diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
"Bagaimanakah peningkakan aspek perkembangan kreativitas anak didik di Taman Kanak-kanak X setelah dilakukan percobaan sains ?"
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Penelitian Tindakan Kelas ini adalah meningkatkan kreativitas anak didik di Taman Kanak-Kanak X melalui percobaan-percobaan sains
2. Tujuan Khusus Penelitian Tindakan Kelas ini adalah setelah penelitian ini berahir, kreativitas siswa semakin meningkat secara bermakna yang ditunjukkan oleh indikator-indikator sebagai berikut :
a. Sekurang-kurangnya guru terampil membuat rencana pembelajaran melalui percobaan sains dengan metode eksperimen
b. Sekurang-kurangnya aktivitas guru selama percobaan sains dengan metode eksperimen meningkat baik.
c. Sekurang-kurangnya akti vitas anak didik yang berupa gagasan kreatif dan sikap ilmiah baik.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :
1. Peneliti
Dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini peneliti memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengalaman tentang PTK, khususnya penerapan metode eksperimen yang benar dan tepat, serta peneliti mampu mendeteksi permasaslahan yang ada didalam proses pembelajaran sekaligus mencari alternatif solusi yang tepat. Selain itu, peneliti mampu memperbaiki proses pembelajaran didalam kelas dalam rangka meningkatkan kreativitas siswa.
2. Anak Didik
a. Anak Didik dapat berekspresi kreatif sesuai dengan potensi kreativitasnya
b. Mengurangi rasa ketakutan untuk berbeda pendapat, karena didalam kreativitas memungkinkan adanya keberagaman.
3. Yayasan Lembaga Pendidikan Islam Taman Kanak-Kanak X
a. Penelitian Tindakan Kelas ini merupakan aset penting karena hal ini dalam rangka meningkatkan kreativitas siswa.
b. Sebagai acuan jika akan melakukan kegiatan sejenis.
F. Sistematika Skripsi
Skripsi ini penulis susun dalam sistematika sebagai berikut:
1. Bagian Awal, berisi : halaman judul, halaman persetujan pembimbing, halaman pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, sari, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran.
2. Bagian isi, terdiri dari :
Bab I : Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, fokus masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika skripsi.
Bab II : Landasan teori.
Bab III : Metode penelitian, yang terdiri dari rancangan penelitian, data dan teknik pengumpulanya, serta indikator kinerja.
Bab IV : Hasil penelitian dan pembahasan
Bab V : Penutup berisi : simpulan dan saran.
3. Bagian Ahir, berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.