BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan Anak Usia Dini adalah pendidikan yang ditujukan bagi anak-anak usia prasekolah dengan tujuan agar anak dapat mengembangkan potensi-potensinya sejak dini sehingga mereka dapat berkembang secara wajar sebagai anak. Tujuan dari Pendidikan Anak Usia Dini adalah agar anak memperoleh rangsangan-rangsangan intelektual, sosial, dan emosional sesuai dengan tingkat usianya.
Masitoh (2005 : 1) mengungkapkan bahwa Pendidikan di Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini yang memiliki peranan sangat penting untuk mengembangkan kepribadian anak serta mempersiapkan mereka memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Pendidikan di Taman Kanak-Kanak merupakan jembatan antara lingkungan keluarga dengan masyarakat yang lebih luas yaitu Sekolah Dasar dan lingkungan lainnya. Sebagai salah satu bentuk pendidikan anak usia dini, lembaga ini menyediakan program pendidikan dini bagi sekurang-kurangnya anak usia empat tahun sampai memasuki jenjang pendidikan dasar.
Pendidikan anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak pada dasarnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak sebagaimana dikemukakan oleh Anderson (1993), "Early childhood education is based on a number of methodical didactic consideration the aim of which is provide opportunities for development of children personality". Artinya, pendidikan Taman Kanak-Kanak memberi kesempatan untuk mengembangkan kepribadian anak, oleh karena itu pendidikan untuk anak usia dini khususnya di Taman Kanak-Kanak perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak (Masitoh dkk, 2005 :2).
Aspek pengembangan yang akan penulis teliti adalah aspek pengembangan kognitif. Dalam pedoman pembelajaran bidang pengembangan kognitif di Taman Kanak-Kanak (2007:3) disebutkan bahwa pengembangan kognitif adalah suatu proses berpikir berupa kemampuan untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan sesuatu. Dapat juga dimaknai sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah atau untuk mencipta karya yang dihargai dalam suatu kebudayaan.
Salah satu aspek dalam pengembangan kognitif ini adalah pengembangan pembelajaran matematika. Seperti yang telah dikemukakan oleh Sriningsih (2008:1) bahwa praktek-praktek pembelajaran matematika untuk anak usia dini di berbagai lembaga pendidikan anak usia dini baik jalur formal maupun non formal sudah sering dilaksanakan. Istilah-istilah yang dikenal diantaranya pengembangan kognitif, daya pikir atau ada juga yang menyebutnya sebagai pengembangan kecerdasan logika-matematika. Kegiatan pengembangan pembelajaran matematika untuk anak usia dini dirancang agar anak mampu menguasai berbagai pengetahuan dan keterampilan matematika yang memungkinkan mereka untuk hidup dan bekerja pada abad mendatang yang menekankan pada kemampuan memecahkan masalah.
Berhitung merupakan bagian dari matematika, yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan juga dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar (Depdiknas, 2007 :1). Berhitung di Taman Kanak-Kanak diharapkan tidak hanya berkaitan dengan kemampuan kognitif saja, tetapi juga kesiapan mental, sosial dan emosional. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya, berhitung di Taman Kanak-Kanak dilakukan secara menarik dan bervariasi.
Media yang akan menunjang pembelajaran berhitung di Taman Kanak-Kanak dengan cara yang menarik adalah Balok Cuisenaire. Eliyawati, dkk (2005:69) mengemukakan bahwa George Cuisenaire menciptakan balok Cuisenaire untuk mengembangkan kemampuan berhitung anak, pengenalan bilangan dan untuk peningkatan keterampilan anak dalam bernalar.
Dewasa ini, sebagaimana dapat kita saksikan bersama tuntutan berbagai pihak agar anak menguasai konsep dan keterampilan matematika semakin gencar, hal ini mendorong beberapa lembaga pendidikan anak usia dini untuk mengajarkan pengetahuan matematika secara sporadis dan radikal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sriningsih (2008), beberapa lembaga pendidikan anak usia dini mengajarkan konsep-konsep matematika yang lebih menekankan pada penguasaan angka dan operasi melalui metode drill dan praktek-praktek paper-pencil test (Sriningsih, 2008 :1).
Persoalan yang dipaparkan oleh Sriningsih di atas juga telah disaksikan oleh penulis sendiri. Penulis telah melakukan observasi di Taman Kanak-Kanak X mengenai proses pembelajaran matematika khususnya pada aspek kemampuan berhitung. Taman Kanak-Kanak X masih menekankan pengajaran yang berpusat pada guru. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peran guru yang terlalu menguasai kelas. Guru dengan spontan memberikan tugas kepada anak tanpa memberikan pilihan kegiatan kepada anak. Selain itu, kurangnya media dan sumber belajar yang digunakan oleh guru untuk menunjang pembelajaran berhitung.
Kurangnya media dan sumber belajar ini lebih disebabkan oleh minimnya ruangan kelas yang dimiliki oleh Taman Kanak-Kanak X, sehingga kepala sekolah beserta guru merasa kesulitan mencari tempat jika menambahkan media dan sumber belajar terlalu banyak. Permasalahan lain yang terjadi di Taman Kanak-Kanak X adalah metode yang digunakan oleh guru masih menggunakan metode drill dan praktek-praktek paper-pencil test. Pada pengembangan kognitif khususnya pada pembelajaran berhitung, guru memberikan perintah kepada anak agar mengambil buku tulis dan pensil masing-masing. Selanjutnya guru memberikan contoh kepada anak membuat beberapa buah benda dan benda tersebut diberi lingkaran. Setelah itu, anak harus mengisi jumlah benda tersebut dengan sebuah angka yang cocok. Setelah anak mengerti, guru menyuruh anak untuk membuatnya sendiri jumlah benda tersebut beserta angkanya sebanyak mungkin. Diakui oleh guru di TK X, bahwa sampai saat ini para guru belum menemukan media yang tepat untuk membantu anak dalam kegiatan berhitung. Guru kurang memberikan media yang bervariasi dan juga masih menggunakan metode yang membuat anak merasa bosan dan tidak ada rasa antusias pada anak untuk aktif di dalam kelas. Sehingga kegiatan berhitung yang diterapkan di TK X masih menggunakan metode konvensional atau pengerjaan latihan di buku tulis.
Berdasarkan hasil refleksi awal melalui diskusi dengan gum, disepakati bahwa tindakan untuk memecahkan masalah tersebut adalah melalui media balok Cuisenaire. Selain bermanfaat bagi anak dalam menemukan media dan metode baru yang dapat menumbuhkan rasa antusias atau minat anak terhadap pembelajaran, penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat juga sebagai bahan masukan bagi guru dalam memilih dan memanfaatkan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dalam mengajarkan berhitung pada anak Taman Kanak-Kanak.
Penelitian yang dilakukan oleh Widawati (2010 : 74-75) di Taman Kanak-Kanak Kenanga membuktikan bahwa penggunaan media pembelajaran yang diangkat dari pengalaman sehari-hari anak dapat membantu pemahaman anak terhadap konsep matematika khususnya berhitung. Melalui pendekatan matematika realistik, berhitung bagi anak bukan hanya menghitung deret angka saja, melaninkan sebuah proses yang lebih bermakna dan menyenangkan. Sedangan penelitian yang dilakukan oleh Andari,A (2008:120-122) di Taman Kanak-Kanak Juwita hasilnya menunjukkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran logika matematika melalui penggunaan balok. Respons anak terhadap materi pembelajaran logika matematika menjadi lebih antusias, hal ini karena sambil bermain balok, anak mampu mengenal dan menguasai materi pembelajaran logika matematika.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi di TK X dan pendapat-pendapat yang telah dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk meneliti secara langsung pemanfaatan media balok Cuisenaire di TK X sebagai salah satu cara meningkatkan kemampuan berhitung dan dapat memperbaiki kondisi pembelajaran yang terjadi di TK X. Penulis menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan judul Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Anak Taman Kanak-Kanak melalui Pemanfaatan Media Balok Cuisenaire
B. Rumusan Masalah
Dari permasalahan yang terdapat dalam latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Umum :
Bagaimana upaya meningkatkan kemampuan berhitung anak Taman Kanak-Kanak melalui pemanfaatan media balok Cuisenaire?
2. Khusus :
a. Bagaimana kondisi objektif kemampuan berhitung anak sebelum digunakannya media balok Cuisenaire di TK X Kecamatan Y?
b. Bagaimana prosedur penggunaan media balok Cuisenaire dalam meningkatkan kemampuan berhitung anak di TK X Kecamatan Y?
c. Bagaimana kemampuan berhitung anak TK X Kecamatan Y setelah digunakannya media balok Cuisenaire?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Umum :
Mengetahui upaya meningkatkan kemampuan berhitung anak Taman Kanak-Kanak melalui pemanfaatan media balok Cuisenaire.
2. Khusus :
a. Mengetahui kondisi objektif kemampuan berhitung anak sebelum digunakannya media balok Cuisenaire di TK X Kecamatan Y.
b. Mengetahui prosedur penggunaan media balok Cuisenaire dalam meningkatkan kemampuan berhitung anak di TK X Kecamatan Y.
c. Mengetahui kemampuan berhitung anak TK X Kecamatan Y setelah digunakannya media balok Cuisenaire.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait diantaranya :
1. Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan keilmuan dalam memahami upaya peningkatan kemampuan berhitung di Taman Kanak-Kanak melalui media balok Cuisenaire.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Anak
Memberikan pengalaman dan wawasan baru pada anak dalam meningkatkan kemampuan berhitung.
b. Bagi Guru
Sebagai bahan masukan bagi gum dalam memilih media yang tepat dan menyenangkan dalam meningkatkan kemampuan berhitung anak Taman Kanak-Kanak.
c. Bagi Kepala Sekolah
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan serta mjukan dalam menentukan kebijakan dan program dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pengembangan media balok Cuisenaire dalam peningkatan kemampuan berhitung anak Taman Kanak-Kanak.
E. Definisi Operasional Variabel
1. Kemampuan berhitung di Taman Kanak-Kanak dalam penelitian ini dikolaborasikan dari indikator yang terdapat dalam Kurikulum 2004 dan indikator yang terdapat di The National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) yaitu :
a. Menyebutkan umtan bilangan dari 1 sampai 20, yang terdiri dari : menyebutkan urutan bilangan 1-20 secara berurutan, menyebutkan urutan bilangan secara mundur dari 20-1, menyebutkan bilangan sebelum dan sesudah, misalnya sebelum 2 adalah 1, dan sesudah 1 adalah 2.
b. Menghubungkan lambang bilangan dengan balok cuisenaire dari 1 sampai 10, yang terdiri dari : menghubungkan kartu angka yang sesuai dengan balok Cuisenaire dari 1-10 secara berurutan dan acak.
c. Membilang dengan menunjukkan balok Cuisenaire dari 1 sampai 10, yang terdiri dari : menyebutkan nilai dan warna masing-masing balok Cuisenaire dari 1-10 secara berurutan dan acak.
d. Menunjukkan dua kumpulan balok cuisenaire yang lebih banyak dan lebih sedikit.
e. Menghitung dengan cakap yang terdiri dari : menyebutkan hasil penambahan sampai 10 dengan menggunakan balok Cuisenaire dan menyebutkan hasil pengurangan kurang dari 10 dengan menggunakan balok Cuisenaire.
2. Media balok Cuisenaire dalam penelitian ini adalah media yang diciptakan oleh George Cuisenaire yang terdiri dari balok-balok yang berukuran :
1 x 1 x 1 cm dengan warna putih
2 x 1 x 1 cm berwarna merah
3 x 1 x 1 cm berwarna hijau muda
4 x 1 x 1 cm berwarna ungu
5 x 1 x 1 cm berwarna kuning
6 x 1 x 1 cm berwarna hijau tua
7 x 1 x 1 cm berwarna hi tarn
8 x 1 x 1 cm berwarna coklat
9 x 1 x 1 cm berwarna biru tua
10 x 1 x 1 cm berwarna oranye.
F. Asumsi Penelitian
Asumsi pada penelitian ini adalah :
1. Solehuddin (1997) mengungkapkan bahwa "pembelajaran yang hanya menitik beratkan kepada penguasaan baca, tulis dan hitung merupakan sesuatu yang tidak lengkap dan berdampak negatif terhadap perkembangan anak karena hanya akan mengembangkan sebagian aspek dari kecapakan individu sembari "mematikan" pengembangan kecakapan lainnya. Dengan demikian, yang lebih dikehendaki adalah suatu pendekatan dan strategi pendidikan bagi anak yang lebih integratif dan komprehensif serta sesuai dengan dunia dan kebutuhannya" (Sriningsih, 2008 : 3-4).
2. Permainan berhitung merupakan bagian dari matematika, diperlukan untuk menumbuh kembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan juga dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar (Depdiknas, 2007).
3. Balok Cuisenaire merupakan media pembelajaran yang dapat membantu kegiatan pembelajaran dalam mengembangkan kemampuan berhitung anak, pengenalan bilangan dan untuk peningkatan keterampilan anak dalam bernalar (Eliyawati, dkk. 2005:69).
G. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, metode yang dipergunakan adalah metode penelitian kelas yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat setelah diterapkan pembelajaran dengan menggunakan media balok Cuisenaire terhadap kemampuan berhitung anak Taman Kanak-Kanak.
Dalam bidang pendidikan, khususnya dalam praktik pembelajaran, penelitian tindakan berkembang menjadi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). PTK adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung. PTK dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran. PTK berfokus pada kelas atau pada proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas (Suharsimi,A. 2002).