BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran akan efektif manakala ada dua unsur yang berinteraksi dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung yaitu, unsur guru dan siswa (Mansyur, 2006). Pertama, unsur guru yaitu guru membantu siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM), memberi umpan balik dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang sifatnya menantang, bisa menginspirasikan gagasan siswa, bisa merubah tingkah laku siswa, dan bisa membuat situasi kegiatan belajar mengajar (KBM) yang menyenangkan dan kondusif. Guru merupakan motor utama yang memiliki tanggung jawab langsung untuk menterjemahkan kurikulum ke dalam aktivitas pembelajaran, dan bukan satu-satunya sumber utama pengetahuan. Hal tersebut dapat dilihat dari tugas dan peran guru antara lain: sebagai komunikator, fasilitator, motivator, model, evaluator, sumber belajar, dan administator. Berkaitan dengan peran guru sebagai seorang fasilitator, bahwa tugas guru adalah memfasilitasi agar informasi baru menjadi bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri. Agar informasi menjadi bermakna maka siswa harus dimotivasi untuk aktif, sebab siswa adalah pusat dari kegiatan pembelajaran sehingga siswa harus dilibatkan dalam tanya jawab yang terarah. Kedua, unsur siswa yaitu diharapkan diakhir proses kegiatan belajar mengajar (KBM) siswa aktif bertanya, mengemukakan gagasan-gagasan, mampu merancang dan menciptakan sesuatu, dan menguasi keterampilan yang diperlukan.
Untuk menumbuhkan sikap aktif dari siswa tidaklah mudah. Fakta yang terjadi adalah guru dianggap sumber belajar yang paling benar. Proses pembelajaran yang terjadi memposisikan siswa sebagai pendengar ceramah guru. Akibatnya proses belajar mengajar cenderung membosankan dan menjadikan siswa malas belajar. Sikap anak didik yang pasif tersebut ternyata tidak hanya terjadi pada mata pelajaran tertentu saja tetapi pada hampir semua mata pelajaran termasuk pelajaran fisika.
Keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran fisika dapat diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan tersebut. Keberhasilan itu dapat dilihat dari tingkat keaktifan, pemahaman, penguasaan materi serta hasil belajar siswa (Saraswati, 2003). Semakin tinggi keaktifan, pemahaman dan penguasaan materi serta hasil belajar maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. Namun dalam kenyataannya dapat dilihat bahwa keaktifan dan hasil belajar fisika yang dicapai siswa masih rendah. Berkaitan dengan masalah tersebut, pada pembelajaran fisika juga ditemukan keragaman masalah sebagai berikut: 1) keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran masih belum nampak, 2) siswa jarang mengajukan pertanyaan, walaupun guru sering meminta agar siswa bertanya jika ada hal-hal yang belum jelas, atau kurang paham, 3) keaktifan dalam mengerjakan soal-soal latihan pada proses pembelajaran juga masih kurang, 4) kurangnya keberanian siswa untuk mengemukakan gagasan/pendapat dalam pembelajaran, dan 5) kurangnya keberanian siswa dalam mengerjakan soal di depan kelas (Saraswati, 2003). Hal ini menggambarkan efektifitas belajar mengajar dalam kelas masih rendah.
Dari hasil observasi awal yang dilakukan terhadap sampel penelitian yang akan diberikan tindakan, ditemukan bahwa keaktifan lisan siswa dalam pembelajaran fisika masih sangat kurang. Begitu juga dengan hasil belajar siswa yang masih rendah dan masih banyaknya siswa yang belum tuntas.
* Tabel sengaja tidak ditampilkan *
Persentase keaktifan siswa dihitung berdasarkan jumlah siswa yang aktif dalam melaksanakan kegiatan proses pembelajaran fisika. Berdasarkan klasifikasi keaktifan yang dikemukakan oleh Saraswati (2003), bahwa persentase keaktifan lisan siswa tersebut berada dalam kategori sangat kurang. Dilihat dari hasil belajar siswa, untuk ulangan harian pesawat sederhana dengan rata-rata nilai kelas 54,8 dan rata-rata nilai kelas untuk UTS adalah 59,2 serta masih ada siswa yang nilai raport di semester ganjil sama dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu sebesar 56 dan rata-rata nilai raport kelas sebesar 63,2. Dari hasil belajar di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa untuk ulangan harian pesawat sederhana masuk dalam kategori rendah, untuk hasil belajar UTS masuk dalam kategori sedang dan nilai raport semester ganjil masuk dalam kategori sedang.
Mengacu pada hasil observasi awal, wawancara dengan guru bidang studi dan hasil studi awal yang sudah dilakukan, penulis merasa tertarik untuk memberikan tindakan yang dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Untuk mengantisipasi kurang aktif dan rendahnya hasil belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar, maka perlu dicarikan formula pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkan keaktifan lisan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika. Salah satu formula pembelajaran adalah dengan menerapkan model pembelajaran latihan inkuiri. Inkuiri merupakan sebuah strategi pengajaran yang berpusat pada siswa, yang mendorong siswa untuk menyelidiki masalah dan menemukan informasi. Menurut Mestre & Cocking (Ibrahim, 2007) dalam inkuiri siswa dimotivasi untuk terlibat langsung atau berperan aktif secara fisik dan mental dalam kegiatan pembelajaran. Lingkungan kelas dimana siswa aktif terlibat dan guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran sangat membantu dalam mencapai tujuan belajar.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka diperlukan suatu kajian yang lebih mendalam untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran yang lebih terencana serta sistematis dan sesuai dengan hakikat IPA. Untuk itu, penulis mencoba memberikan suatu alternatif model pembelajaran untuk mengatasi permasalahan di atas, yaitu dengan mengadakan suatu penelitian tentang penerapan model latihan inkuiri. Dalam penelitian ini penulis mengambil judul "Upaya Peningkatan Keaktifan Lisan dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Fisika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri". Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan lisan dan hasil belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan memberikan informasi mengenai penerapan model pembelajaran latihan inkuiri agar terciptanya proses belajar fisika yang baik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut di atas, maka perumusan secara umum dari penellitian ini adalah: "Bagaimana peningkatan keaktifan lisan dan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran latihan inkuiri?".
Supaya penelitian ini lebih terarah dan mencapai tujuan yang diharapkan, maka permasalahan umum tersebut dapat dijabarkan secara operasional dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian berikut ini:
a. Bagaimana keaktifan lisan siswa dalam pembelajaran fisika setelah diterapkan model pembelajaran latihan inkuiri?
b. Bagaimana hasil belajar aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor siswa dalam pembelajaran fisika setelah diterapkan model pembelajaran latihan inkuiri?
c. Bagaimana peningkatan keaktifan lisan dan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran latihan inkuiri?
d. Bagaimana keterlaksanaan penerapan model pembelajaran latihan inkuiri yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Keaktifan lisan siswa yang diamati meliputi: keaktifan siswa dalam bertanya, menjawab pertanyaan, mengemukakan gagasan/pendapat, dan mengungkapkan pengetahuan awal.
2. Hasil belajar yang diamati dan dinilai adalah:
- Aspek kognitif siswa, yang meliputi: jenjang kemampuan ingatan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3).
- Aspek afektif siswa, yang meliputi: kerjasama dalam percobaan dan diskusi, keseriusan dan ketelitian dalam pengamatan, kejujuran dalam pengambilan data, dan tanggung jawab terhadap alat.
- Aspek psikomotor siswa, yang meliputi: kemampuan merancang percobaan/eksperimen, merangkai dan menggunakan alat, mengurupulkan dan mencatat data, dan kelengkapan lembar kerja siswa (LKS).
3. Yang dimaksud peningkatan dalam penelitian ini adalah selisih persentase keaktifan lisan dan hasil belajar siswa dalam setiap siklus pembelajaran.
D. Definisi Operasional
1. Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang dimulai dengan tahapan menyajikan dan menghadapkan suatu masalah, mengurupulkan dan memvirifikasi data sebanyak-banyaknya, pembuktian dan eksperimen, pengorganisasian atau perumusan suatu penjelasan, dan analisis proses inkuiri. Untuk melihat keterlaksanaan dari setiap tahapan model latihan inkuiri maka digunakan format lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran latihan inkuiri.
2. Keaktifan lisan siswa yang diamati meliputi: keaktifan siswa dalam bertanya, menjawab pertanyaan, mengemukakan gagasan/pendapat, dan mengungkapkan pengetahuan awal. Untuk melihat dan mengetahui peningkatan keaktifan lisan siswa selama proses pembelajaran maka digunakan format lembar observasi keaktifan siswa dalam pembelajaran.
3. Hasil belajar menurut Benyamin Bloom et.al (Clark, 2000) diklasifikasikan ke dalam tiga domain (aspek) yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor.
- Aspek kognitif siswa, yang diamati dan dinilai dalam penelitian ini meliputi: jenjang kemampuan ingatan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3). Untuk melihat dan mengetahui peningkatan aspek kognitif siswa dalam pembelajaran maka digunakan tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda.
- Aspek afektif siswa, yang diamati dan dinilai dalam penelitian ini meliputi: kerjasama dalam percobaan dan diskusi, keseriusan dan ketelitian dalam pengamatan, kejujuran dalam pengambilan data, dan tanggung jawab terhadap alat. Untuk melihat dan mengetahui peningkatan aspek afektif siswa selama proses pembelajaran maka digunakan format lembar observasi aspek afektif siswa dalam pembelajaran.
- Aspek psikomotor siswa, yang diamati dan dinilai dalam penelitian ini meliputi: kemampuan merancang percobaan/eksperimen, merangkai dan menggunakan alat, mengurupulkan dan mencatat data, dan kelengkapan lembar kerja siswa. Untuk melihat dan mengetahui peningkatan aspek afektif siswa selama proses pembelajaran maka digunakan format lembar observasi aspek psikomotor siswa dalam pembelajaran.
E. Cara Pemecahan Masalah
Masalah tentang kurangnya keaktifan lisan siswa serta rendahnya hasil belajar siswa kelas VIII di salah satu SMP Negeri akan coba dipecahkan dengan menerapkan model pembelajaran latihan inkuiri, yaitu model pembelajaran yang terdiri dari 5 fase pembelajaran, sebagai berikut:
a. Fase satu yaitu konfrontasi (menghadapkan) dengan masalah.
b. Fase dua yaitu pengurupulan data dan pembuktian.
c. Fase tiga yaitu pengurupulan data dan eksperimentasi.
d. Fase empat yaitu pengorganisasian dan perumusan suatu penjelasan.
e. Fase lima yaitu analisis dari proses inkuiri.
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari peneltian ini adalah untuk:
1. Mengetahui gambaran mengenai keaktifan lisan siswa dalam pembelajaran fisika setelah diterapkan model pembelajaran latihan inkuiri.
2. Mengetahui gambaran mengenai hasil belajar aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor siswa dalam pembelajaran fisika setelah diterapkan model pembelajaran latihan inkuiri.
3. Mengetahui peningkatan keaktifan lisan dan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran latihan inkuiri.
4. Mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran latihan inkuiri yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran.
G. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis, siswa, guru maupun sekolah.
1. Bagi penulis dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan pembelajaran fisika melalui penerapan model pembelajaran latihan inkuiri.
2. Bagi siswa diharapkan dapat meningkatkan keaktifan lisan dan hasil belajar serta meningkatkan penguasaan konsep fisika dan dapat memperoleh pengalaman langsung mengenai adanya kebebasan dalam belajar secara aktif, kreatif dan menyenangkan melalui kegiatan penyelidikan sesuai perkembangan berfikirnya.
3. Bagi guru diharapkan dapat menjadi suatu masukan dan informasi yang berharga dalam memperluas pengetahuan dan wawasan mengenai model pembelajaran latihan inkuiri sebagai suatu model pembelajaran yang dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas serta memotivasi guru untuk melakukan model pembelajaran yang sejenis untuk materi pelajaran lainnya.
4. Bagi sekolah diharapkan dengan meningkatnya keaktifan lisan dan hasil belajar siswa dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan memperbaiki pembelajaran di sekolah serta hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi dan pertimbangan dalam pengembangan pembelajaran IPA khususnya fisika.
H. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah sebagai berikut:
"Keaktifan lisan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika dapat lebih baik dan meningkat setelah diterapkan model pembelajaran latihan inkuiri".