Penentuan Baik dan Buruk :
Seiring dengan perkembangan pemikiran manusia, berkembang pula patokan yang digunakan orang dalam menentukan baik dan buruk. Keadaan ini menurut Poedjawijatna berhubungan rapat dengan pandangan filsafat tentang manusia dan ini tergantung pula dari metafisika pada umumnya. Poedjawijatna lebih lanjut mneyebutkan sejumlah pandangan filsafat yang digunakan dalam menilai baik dan buruk yaitu hedonisme, utilitarianisme, vitalisme, sosialisme, religiosisme dan humanism. Sementara itu Asmaran As, menyebutkan ada empat aliran filsafat yaitu adat kebiasaan, hedonisme, intuisi dan evolusi. Ahmad Amin sependapat dengan Asmaran As ynag membagi aliran filsafat yang mempengaruhi penentuan baik dan buruk itu menjadi empat, yaitu adat istiadat, hedonisme, utilitarianisme dan evolusi.
Dengan merujuk kepada berbagai kutipan tersebut diatas beberapa aliran filsafat ynag mempengaruhi pemikiran akhlak tersebut dikemukakan secara ringkas sebagai berikut :
1) Baik Buruk Menurut Aliran Adat Istiadat (Sosialisme)
Menurut aliran ini baik atau buruk ditentukan berdasarkan adat istiadat ynag berlaku dan ditentukan berdasarkan adat istiadat yang berlaku dan dipegang teguh oleh masyarakat. Orang yang mengikuti dan berpegang teguh pada adat dipandang baik, dan orang yang menentang dan tidak mengikuti adat istiadat dipandang buruk, dan kalau perlu dihukum secara adat.
Di dalam masyarakat kita jumpai adat istiadat mengenai tata cara berpakaian, makna, minum, bertandang dan sebgainya.morang yang mengikuti cara-cara demikianlah yang disebut orang baik dan sebaliknya.
Kelompok yang menilai baik dan buruk berdasarkan adat istiadat ini dalam tinjauan filsafat dikenal dengan istilah aliran sosialisme. Munculnya paham ini bertolak dari anggapan karena masyarakat itu terdiri dari manusia, maka ada yang berpendapat bahwa masyrakatlah yang menentukan baik buruknya tindakan manusia yang menjadi anggotanya.
2) Baik Buruk Menurut Aliran Hedonisme
Aliran hedonisme adalah aliran filsafat yang terhitung tua, karena berakar pada pemikiran filsafat Yunani, khusunya pemikiran filsafat Epicurus (341-270 SM), ynag selanjutnya dikembangkan oleh Cyrenics sebagaimana telah diuraikan.
Menurut paham ini banyak yang disebut perbuatan yang baik adalah perbuatan yang banyak mendatangkan kelezatan, kenikmatan dan kepuasan nafsu biologis. Aliran ini tidak mengatakan bahwa semua perbuatan mengandung kelezatan, melainkan ada juga yang mendatangkan kepedihan, dan apabila ia disuruh memilih manakah perbuatan yang harus dilakukan, maka ynga dilakukan adalah yang mendatangkan kelezatan. Epicurus sebagai peletak dasar paham ini mengatakan bahwa kebahagiaan atau kelezatan itu adalah adalah tujuan manusia. Tidak ada kebaikan dalam hidup selain kelezatan dan tidak ada keburukan kecuali penderitaan.
Namun demikian Epicurus lebih mementingkan kelezatan akal dan rohani ketimbang kelezatan badan, karena badan itu terasa dengan lezat dan derita selama adanya kelezatan dan penderitaan itu saja. Akal dan rohani dapat merancang dan merencanakan kelezatan. Oleh karena itu kelezatan akal dan rohani itu lebih lama dan lebih kekal daripada kelezatan badan. Dengan demikian pandangan aliran hedonism tentang kelezatan ini sifatnya masih bercorak ilmiah dan intelektualistik
Pada tahap selanjutnya paham hedonisme ini ada yang bercorak individual dan universal. Corak pertama berpendapat bahwa yang dipentingkan terlebih dahulu adalah mencari sebesar-besranya kelezatan dan kepuasan untuk diri sendiri dan segenap upaya yang dilakukan untuk mencapainya. Corak kedua (universalistis hedonisme) memandang bahwa perbuatan baik itu adalah yang mengutamakan mencari kebahagiaan yang sebesar-besarnya untuk sesame manusia, bahkan segala makhluk yang berperasaan.
3) Baik Buruk Menurut Paham Intuisisme (Humanisme)
Intuisi adalah merupakan kekuatan batin yang dapat menentukan sesuatu sebagai baik dan buruk dengan sekilas tanpa melihat akibatnya. Paham ini berpendapat bahwa pada setiap manusia mempunyai kekuatan insting batin yang dapat membedakan baik dan buruk dengan sekilas pandang.
Kekuatan batin ini adalah kekuatan yang telah ada dalam jiwa manusia, tidak etrambil dari keadaan diluarnya Kita diberikan kemampuan untuk membedakan antara baik dan buruk, sebagaimana kita diberi mata untuk melihat dan diberi telinga untuk mendengar.
Menurut paham ini perbuatan yang baik adalah perbuatan yang sesuai dengan penilaian yang diberikan oleh hati nurani atau kekuatan batin yang ada dalam dirinya. Dan perbuatan buruk adalah perbuatan yang menurut hati nurani di pandang buruk. Paham ini selanjutnya dikenal dengan paham humanisme. Poedjawijatna mengatakan bahwa menurut aliran ini yang baik adalah ayng sesuai dengan kodrat manusia yaitu kemnausiaannya yang cenderung kepada kebaikan. Dengan demikian ukuran baik buruk suatu perbuatan menurut paham ini adalah tindakan yang sesuai dengan derajat manusia, dan tidak menentang atau mengurangi keputusan hati. Secara batin setiap orang pasti tidak akan dapat membohongi suara hatinya.
Murthadha dan Murthahhari dalam bukunya berjudul Falsafah Akhlah ia mengatakan etika adalah tidak emosionalistik seperti dalam falsafah etika hindu dan Kristen. Juga buka rasional berdasarkan kehendak sebagaimana yang dikatakan filosof. Tetapi etika adalah ilham-ilham intuisi. Menurutnya kekuatan itu tidak berupa emosi dan rasio. Kekuatan itulah yang memberi perintah didalam diri manusia, kekuatan itu adalah batin. Kekuatan itu tidak ada kaitannya dengan akal. Akal adalah hasil perolehan , sedangkan intuisi adalah fitri dan intrinsic dalam batin manusia. Selanjutnya Muthahhari menilai paham baik buruk berdasrakan intuisi sebagai sejalan dengan al-Qur’an. Menurutnya al-Qur’an menyatakan bahwa manusia di anugrahi sejumlah ilham fitrah. Seperti pada firman Allah berikut :
7. Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),
8. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. (Asy-Syam : 7-8).
Quraishi Shihab juga sependapat dengan Muthahhari, menurutnyan kita dapat berkata bahwa secara nyata terlihat dan sekaligus kita ketahui bahwa terdapat manusia yang berkelakuan baik dan yang buruk. Quraishi Shihab lebih lanjut mangatakan walaupuan kedua potensi ini terdapat dalam diri manusia namun ditemukan isyarat-isyarat dalam al-Qur’an , bahwa kebajikan lebi dahulu menghiasi diri manusia daripada kejahatan dan bahwa pada dasarnya manusia cenderung kepada kebajikan.
Dengan mengikuti uraian tersebut kita dapat berpendapat bahwa penentuan baik dan buruk yang berdasarkan intuisi ini dapat menghasilkan penentuan baik dan buruk secara universal atau berlaku bagi masyarakat pada umunya. Mereka yang senantiasa membersihkan dirinya dan berupayab mendekatkan diri pada Tuhan, akan memiliki daya intuisi yang lenih tajam dan menghasilkan penilaian yang positif dan produktif terhadap berbagai masalah yangdihadapinya.
4) Baik Buruk Menurut Paham Utilitarianisme
Secara harfiah utilis berarti berguna. Menurut paham ini yag baik adalah yang berguna. Paham penentuan baik buruk berdasarkan nilai guan ini mendapatkan perhatian dimasa sekarang. Dalam abad sekarang ini kemajuan dibidang teknik cukup meningkat dan kegunaanlah ynag menentukan segalanya. Namun demikian paham ini terkadang cenderung extrim dan melihat kegunaan hanya dari sudut pandang materialistik. Selain itu paham ini juga menggunakan apa saja yang dianggap ada gunanya.
Namun demikaian kegunaan dalam arti bermanfaat yang tidak hanya berhubungan dengan materi melainkan juga dengan yang bersifat rohani agar bisa diterima. Dan kegunaan bisa juga diterima jika yang diguankan itu hal-hal ynag tidak manimbulkan kerugian bagi orang lain. Nabi misalnya menilai bahwa orang yang baik adalah orang yang member manfaat pada orang lain.
Tokoh-tokoh dalam paham ini antar lain:
• Jeremy Betham (1748-1832)
Betham memandang kebahagiaan diukur secara kuantitatif. Ukuran baik dan buruk itu kelezatan yang terbesar bagi bilangan yang terbanyak,
• John Stuart Mill (1806-1873)
Menurut Mill kebahagian tidak hanya diukur melalui kuantitas, tetapi perlu dipertimbangkan pula kualitasnya, karena kesenangan ada yang tinggi dan ada pula yang rendah mutunya. Kebahagiaan yang menjadi norma etis adalah kebahagiaan semua orang yang terlibat dalam suatu kejadian.
5) Baik Buruk Menurut Paham Vitalisme
Menurut paham ini yang baik adalah yang mencerminkan kekuatan dalam hidup manusia. Paham ini lebih lanjut kepada sikap binatang, yang berlaku hokum siapa yang kuat dialah yang baik.
Dalam masyarakat yang sudah maju, dimana ilmu penegtahuan dan keterampilan sudah mulai banyak dimiliki oleh masyarakat, paham vitalisme tidak akan mendapat tempat lagi, dan digeser dengan pandangan yang bersifat demokratis.
6) Baik Buruk Menurut Paham Religiosisme
Menurut paham ini yang dianggap baik adalah perbuatan yang sesuai kehendak Tuhan, sedang perbuatan buruk adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Dalam paham ini keyakinan Teologis yakni keimanan kepada Tuhan sangat memegang peranan penting, karena tidak mungkin orang mau berbuat sesuai dengan kehendak Tuhan, jika yang bersangkutan tidak beriman kepada-Nya. Menurut Poedjawijatna aliran ini dianggap paling baik dalam praktek. Namun sayang nya paham ini tidak umum dari ukuran baik dan buruk yang digunakan.
Diketahui bahwa didunia ini terdapat bermacam-macam agama dan masing-masing agama menentukan baik dan buruk menurut ukurannya masing-masing agama Hindu, Budha Yahudi, Kristen dan Islam misalnya masing-masing memiliki pandangan dan tolak ukur tentang baik dan buruk dimana satu dan lainnya berbeda.
7) Baik dan Buruk Menurut Paham Evolusi
Menurut mereka yang menganut paham ini segala sesuatu dialam mengalami evolusi yaitu berkembanng dari apa adanya menuju kepada kesempurnaan.
Herbert Spencer (1820-1903) salah seorang ahli filsafat Inggris yang berpendapat evolusi ini mengatakan bahwa perbuatan akhlak itu tumbuh secara sederhana, kemudian berangsur meningkat sedikit demi sedikit berjalan keb arah cita-cita yang dianggap sebagai tujuan.
Cita-cita manusia dalam hidup ini menurut paham ini adalah untuk mencapai kesenangan dan kebahagiaan. Menjadi suatu keharusan bagi paham ini untuk mengubah dinya menurut keadaan yang ada disekelilignya, sehingga dengan demikian sampailah ia kepada kesempurnaan atau kebahagiaan yang emnjadi tujuanny.
Dalam sejarah paham evolusi Darwin (1809-1882) adalah seorang ahli pengetahuan ynag paling banyak mengemukakan teorinya. Ia memberikan penjelasan tentnag hal ini dalam bukunya The Origin of Species. Dikatakan bahwa perkembangan alam didasari oleh ketentuan-ketentuan berikut :
-Ketentuan alam maksudnya yaitu bahwa alam yang menyaring segala yang maujud mana yang bertahan dialah yang terus hidup.
-Perjuangan hidup
-Kekal bagi yang lebih pantas
Berdasarkan cirri-ciri hokum alam yang etrus berkembang ini dipergunakan untuk menentukan baik dan buruk. Namun ikut serta nya berubah dan berkembangnya ketentuan baik buruk sesuai dengan perkembangan ini akan berakibat menyesatkan, karena ada yang dikembangkan itu boleh jadi tidak sesuai dengan norma ynag berlaku secara umum dan telah diakui kebenarannya.
demikian penjelasan dari makalah Penentuan Baik dan Buruk , semoga bermanfaat untuk sobt semua .