BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakkan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kecerdasan : daya pikir, daya cipta, emosi, spiritual, bahasa / komunikasi, sosial. Untuk itu Taman Kanak-Kanak memiliki peran yang sangat penting guna mengembangkan kepribadian anak serta mempersiapkan mereka memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Pendidikan Taman Kanak-Kanak juga merupakan jembatan antara lingkungan keluarga dengan lingkungan masyarakat yang lebih luas yaitu sekolah dasar dan lingkungan lainnya.
Individu dengan usia empat sampai enam tahun, sering disebut sebagai anak usia prasekolah atau anak usia Taman Kanak-Kanak. Anak Taman Kanak -Kanak berada dalam perkembangan menuju kedewasaannya. Mereka berkembang melalui tahapan dan setiap peningkatan usia kronologis, akan menampilkan ciri -ciri perkembangan yang khas. Dunia dan karakteristik anak Taman Kanak -Kanak berbeda dengan orang dewasa. Anak Taman Kanak-Kanak lebih senang mengekspresikan beberapa minatnya pada dunia di sekitar yang tidak jauh dari dirinya. Mereka memiliki keinginan yang lebih besar untuk menyentuh, merasakan, mendengar dan mencoba sesuatu untuk keperluan dan kepentingan mereka sendiri.
Seperti yang dikemukakan oleh Bredcamp & Copple, Brenner, serta Kellough (Solehuddin, 2000 : 24) bahwa anak usia Taman Kanak-Kanak memiliki karakterisik yang unik, aktif, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, egosentris, berjiwa petualang, daya konsentrasi yang pendek, daya imajinasi yang tinggi dan senang berteman. Melihat karakterisitk anak Taman Kanak-Kanak tersebut maka proses pendidikan harus disesuaikan dengan karakteristik anak usia Taman Kanak-Kanak. Peran aktif anak dalam berinisiatif dan mengeksplorasi beragam hal di sekitarnya sangat diperlukan dalam melakukan proses pembelajaran. Bentuk layanan pendidikan yang dapat diberikan pada anak adalah terselenggaranya program pengembangan sebagai upaya untuk meningkatkan seluruh aspek perkembangan anak, terutama kemampuan berpikirnya.
Kemampuan berpikir anak akan optimal ketika diberikan lingkungan yang kondusif oleh orang dewasa yang mampu memberikan pijakan (scaffolding) pada saat ia mengembangkan rasa ingin tahunya (bereksplorasi). Orang dewasa hanyalah berperan sebagai pembimbing (fasilitator) yang mampu mengasah daya kritis dan kreativitas berpikirnya. Dengan demikian akan mewujudkan seorang anak yang kritis, berani mengungkapkan ide serta gagasannya sehingga akan memunculkan hasil kreatvitas yang orisinil dari anak. (Masitoh, 2006 : 25).
Berdasarkan pendapat tersebut, peran pendidik baik orang tua maupun guru di sekolah hendaknya benar-benar memahami akan pentingnya suatu kreativitas yang muncul pada anak, sehingga berbagai aktivitas yang disediakan untuk anak di rumah ataupun di sekolah harus dapat menstimulasi kreativitas anak.
Kegiatan pembelajaran di lapangan sudah tampak berbagai variasi yang diberikan kepada anak. Menggunting bentuk, meronce, menjahit, menggambar dan lain-lain yang semuanya itu dilakukan guru untuk mendukung proses perkembangan anak. Dari berbagai kegiatan yang diselenggarakan, menggambar merupakan kegiatan yang paling disenangi anak Taman Kanak-Kanak. Jika anak diberikan secarik kertas maka wajarnya anak akan langsung menggambar bentuk-bentuk ataupun coretan-coretan. Aktivitas tersebut bisa menjadi alat untuk mengekspresikan pikiran maupun perasaan yang ada dalam dirinya.
Menurut Wanei (2008 : 1) Kreativitas menggambar adalah pengungkapan perasaan yang dialami seseorang, secara mental dan visual dalam bentuk garis dan warna. Dalam hal ini menggambar merupakan wujud pengeksplorasian teknis dan gaya, penggalian gagasan dan kreativitas, bahkan bisa menjadi ekspresi dan aktualisasi diri.
Menggambar dapat dijadikan ajang untuk mengasah kreativitas anak juga diungkapkan oleh Indriati (2005 : 4) bahwa dengan menggambar anak bisa mengeluarkan ekspresi dan imajinasinya tanpa batas. Pada proses inilah setiap anak dapat mengembangkan gagasan, menyalurkan emosi, menumbuhkan minat seni dan kreativitas.
Pendapat lain diutarakan diutarakan Nugroho (2009 : 1) bahwa, " Jika sejak dini anak sudah diberikan latihan menggambar, maka perkembangan otak kanannya juga akan cepat sehingga kreativitasnya bisa berkembang dengan baik. Banyak manfaat dari kegiatan menggambar diantaranya untuk mengembangkan kreativitas, emosi serta melatih motorik halus anak. Muliono, (2008 : 1) mengungkapkan, kegiatan menggambar tak terbatas untuk pengembangan seni, tapi juga sebagai penumbuh kreativitas, alat untuk mengungkapkan ide, perasaan, serta emosi anak. Lewat kegiatan ini pula, motorik halus anak dilatih dan akan sangat bermanfaat kala ia hams menulis di usia sekolah. "Otak kanak dan kiri anak ikut terasah". Tapi semua manfaat itu tak bakal didapat secara maksimal jika anak menggambar dalam keadaan terpaksa dan tertekan. Lebih lanjut Muliono menjelaskan bahwa, guru yang terlalu mengarahkan sebelum memulai kegiatan menggambar, menyebabkan kreativitas anak terkungkung. Ditambah lagi guru yang hanya memberikan tugas menggambar begitu saja kepada anak-anak tanpa memberikan stimulasi terlebih dahulu kepada anak, sehingga kreativitas yang dituangkan pada gambar kurang optimal. Padahal jika guru mengetahui cara yang tepat, yaitu dengan memberikan stimulasi terlebih dahulu maka hal ini akan dapat mengembangkan daya imajinasi anak yang akan dituangkan lewat kreativitas dalam menggambar.
Melihat fenomena yang terjadi di lapangan berdasarkan pengamatan khususnya di Taman Kanak-Kanak X saat ini, ternyata masih terdapat guru yang belum memahami arti dari suatu kreativitas. Metode yang digunakan dalam proses kegiatan menggambar kurang mendukung pengembangan kreativitas anak. Dalam kegiatan menggambar guru senantiasa memberikan contoh gambar di papan tulis, sehingga hasil gambar anak cendemng sama dan tidak ada yang berani jauh berbeda dengan contoh yang diberikan oleh guru, ironisnya guru memandang gambar anak yang sama persis dengan contoh guru itulah yang terbaik.
Cara guru tersebut tidak dapat mengembangkan kreativitas anak, karena hanya memaksakan kehendak guru. Garha (1980 : 119) mengungkapkan, contoh yang dibuat guru di papan tulis tidak sejalan dengan perkembangan anak, karena contoh itu diolah berdasarkan norma cipta orang dewasa yang berbeda dengan norma cipta anak-anak dalam kegiatan menggambar.
Permasalahan lain yang terjadi di Taman Kanak-Kanak yaitu guru memberikan kegiatan menggambar, dengan memberikan kebebasan tanpa batas pada anak. Akibatnya bukan kreativitas anak yang berkembang, tetapi kekacauan karena anak tidak memiliki tujuan dalam menggambar. Garha (1980 : 120) menegaskan, bahwa gambar sesuka hati kurang memberikan arah kepada anak -anak tentang apa yang hams mereka gambarkan. Jika keadaan demikian terjadi terns-menems akan memgikan perkembangan anak karena pengalaman mereka hanya bemlang tidak bertambah.
Senada dengan pendapat di atas, Muharam dan Sundariyati (1992 : 57) mengungkapkan, anak dalam kegiatan seni mpa yang tidak dibimbing dan diarahkan juga tidak diberi motivasi, cendemng mengulang-ngulang kemampuan yang telah dikuasainya, untuk menghindari kesulitan atau tantangan dan akhirnya menjadi stereotip.
Mengacu kepada beberapa pendapat para ahli, maka perlu adanya suatu upaya yang hams dilakukan guru untuk mendukung kreativitas menggambar anak. Pelaksanaan kegiatan seni mpa khususnya menggambar, membutuhkan stimulasi sebagai motivasi dan bimbingan dalam proses pengembangan kreativitas anak.
Tujuannya untuk menjaga anak-anak agar tidak terjatuh ke dalam kebiasaan yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak.
Muharam dan Sundariyati (1992 : 61) mengungkapkan, dalam pengajaran seni anak hams dimotivasi oleh pengalamannya untuk berkarya. Pengalaman-pengalaman ini diperoleh dari kehidupan sehari-hari di lingkungan mmah, sekolah, saat bermain, dan di masyarakat. Pengalaman yang dimilikinya mempakan hasil dari setiap pengalaman bam dalam usaha memperluas wawasan yang telah diperolehnya dari pengalaman-pengalaman terdahulu. Berdasarkan pandangan tersebut, guru bertugas membantu anak-anak untuk mengingatkan kembali pengalamannya dengan memberikan perangsang daya cipta atau stimulasi.
Stimulasi dilakukan untuk menggugah dan membangunkan kreativitas. Salah satu stimulasi yang dapat menggugah kreativitas anak-anak untuk meningkatkan kreativitas menggambar mereka adalah melalui metode bercakap-cakap. Guru merangsang anak untuk ikut terlibat dalam percakapan, sesaat sebelum kegiatan menggambar dilaksanakan. Materi percakapan disesuaikan dengan tema kegiatan menggambar. Menurut pendapat Muharam dan Sundaryati (1992 : 62), salah satu cara menggugah anak dapat dilakukan melalui pembicaraan informal menggunakan alat bantu visual. Melalui metode ini maka akan terjadi komunikasi dua arah, anak dapat mengungkapkan pikiran, perasaan, serta kebutuhan-kebutuhannya. Selain itu anak dapat memperoleh pengetahuan-pengetahuan bam yang tidak diketahui sebelumnya.
Berbagai pengalaman dan pengetahuan yang telah diperoleh anak tersebut melalui metode bercakap-cakap ini dapat merangsang ide mereka, pengetahuan serta wawasan anak yang sudah terbuka, dapat mereka tuangkan dalam bentuk suatu kreativitas dalam menggambar. Mereka dapat menuangkan pikiran serta imajinasi mereka dengan bebas. Menurut Indriati (2009 : 1) dengan menggambar, anak bisa mengeluarkan ekspresi dan imjinasinya tanpa batas. Pada proses inilah setiap anak (pembelajar) akan dapat menyalurkan perasaan bahagia, cemas, dan kreativitas.
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka fokus penelitian ini adalah upaya untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pemberian stimulasi metode bercakap-cakap terhadap kreativitas menggambar anak Taman Kanak-Kanak, khususnya di Taman Kanak-Kanak X.
Oleh karena itu, fokus dalam penelitian ini adalah mengetahui "Pengaruh Pemberian Stimulasi Metode Bercakap-cakap Terhadap Kreativitas Menggambar Anak Taman Kanak-Kanak".
B. Rumusan Masalah
Secara umum masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah "Bagaimana Pengaruh Pemberian Stimulasi Metode Bercakap-cakap Terhadap Kreativitas Menggambar Anak Taman Kanak-Kanak"
Adapun masalah khusus yang ditetapkan dalam penelitian ini meliputi :
1. Bagaimana kreativitas menggambar anak Taman Kanak-Kanak X sebelum diberikan stimulasi metode bercakap-cakap ?
2. Bagaimana kreativitas menggambar anak Taman Kanak-Kanak X sesudah diberi stimulasi metode bercakap-cakap ?
3. Bagaimana pengaruh signifikan antara perlakuan berupa pemberian stimulasi metode bercakap-cakap terhadap kreativitas menggambar anak Taman Kanak-Kanak X ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian stimulasi metode bercakap-cakap untuk meningkatkan kreativitas menggambar anak Taman Kanak-Kanak, di TK X.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui perkembangan kreativitas menggambar anak Taman Kanak-Kanak sebelum diberi perlakuan berupa pemberian stimulasi metode bercakap-cakap.
b. Mengetahui perkembangan kreativitas menggambar anak Taman Kanak-Kanak sesudah diberi perlakuan berupa pemberian stimulasi metode bercakap-cakap.
c. Mengetahui pengaruh signifikan antara perlakuan berupa pemberian stimulasi metode bercakap-cakap terhadap kreativitas menggambar anak Taman Kanak-Kanak X.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat teoritis :
Bagi bidang keilmuan pendidikan anak usia dini, dapat memberikan sumbangan ilmiah untuk meningkatkan kreativitas menggambar anak Taman Kanak-Kanak melalui pemberian stimulasi metode bercakap -cakap.
2. Manfaat praktis :
a. Bagi peneliti, memberikan pengalaman dan wawasan pribadi dalam mengembangkan kegiatan menggambar anak Taman Kanak-Kanak.
b. Bagi guru, sebagai pertimbangan dalam memberikan kegiatan menggambar agar diberikan stimulasi terlebih dahulu yang dapat mengembangkan kreativitas anak.