BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak usia dini merupakan anak pada tahapan usia 0-8 tahun, pada masa ini sering disebut dengan masa keemasan atau Golden Age. Pada masa keemasan ini diperlukan perhatian khusus, karena stimulasi yang diberikan dapat mempengaruhi perkembangan otak anak dan kemampuan akademiknya pada masa yang akan datang.
Pada tahapan usia 0-8 tahun ini, anak berada pada fase yang sangat fundamental, dan pembelajaran yang diterima anak pada fase ini akan tersimpan dalam jangka waktu yang lama serta akan berpengaruh pada kehidupan mendatang. Solehuddin (2002 : 27) mengatakan bahwa, usia dini merupakan masa keemasan yaitu fase golden age. Fase ini merupakan masa sensitif bagi anak untuk menerima berbagai upaya pengembangan seluruh potensi yang ada. Salah satu upaya untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki anak adalah melalui kegiatan pembelajaran.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu lembaga pendidikan prasekolah yang diharapkan dapat menjadi fasilitator bagi perkembangan anak. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan bertujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh, karena usia dini merupakan fase yang fundamental dalam mempengaruhi perkembangan anak. Sesuai dengan karakteristik anak usia dini yang aktif, rasa ingin tahu yang tinggi, banyak bertanya, dan senang bereksplorasi dengan lingkungannya, yang tercermin dalam kegiatan pembelajaran yang menyenangkan bagi anak ( Sujiono, 2004 : 2. 2).
Kegiatan pembelajaran matematika terpadu untuk anak usia dini memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembangkan seluruh potensi anak. Setiap anak memiliki potensi untuk masing-masing aspek perkembangan. Salah satunya potensi matematika, oleh karena itu penting untuk mengembangkan potensi matematika anak sejak dini agar berkembang secara optimal.
Pembelajaran matematika dasar mampu meningkatkan kemampuan anak dalam memecahkan masalah, memisahkan, mengenal konsep angka, serta kemampuan mengukur atau memperkirakan (Syamsiatin, 2004 : 11. 2).
Pembelajaran matematika untuk anak usia dini sangatlah dibutuhkan untuk mempersiapkan anak melanjutkan pendidikan dasar. Dalam pembelajaran matematika terdapat beberapa konsep salah satunya adalah konsep bilangan, konsep bilangan merupakan awal pengenalan matematika kepada anak karena menjadi dasar pembelajaran matematika selanjutnya. Salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki anak dalam pembelajaran matematika adalah mengenal bilangan
Pemahaman konsep bilangan pada anak Taman Kanak-kanak biasanya dimulai dengan mengeksplorasi benda-benda konkrit yang dapat dihitung dan diurutkan. Hal ini sesuai dengan tahapan kognitif dari Piaget, bahwa anak usia dini berada pada tahapan praoperasional (2-7 tahun). Tahap praoperasional ini ditandai oleh pembentukkan konsep-konsep yang stabil, munculnya kemampuan menalar, egosentrisme mulai menguat dan kemudian melemah, serta terbentuknya gagasan-gagasan yang sifatnya imajinatif.
Berdasarkan teori Piaget tersebut, Lorton mengemukakan tiga tahapan pembelajaran matematika untuk anak usia dini yaitu, mulai dari tingkat pemahaman konsep, menghubungkan konsep konkrit dengan lambang bilangan dan tingkat lambang bilangan (Sudono, 2000 : 385). Dalam penelitiannya Sriningsih (2008 : 1) mengungkapkan bahwa beberapa lembaga pendidikan anak usia dini mengajarkan konsep-konsep matematika yang menekankan pada penguasaan angka melalui latihan dan praktek-praktek/xaper -pencil test. Dengan demikian, pembelajaran matematika yang terjadi tidak bermakna bagi anak. Seperti yang terjadi di TK X pada kelompok B (5-6 tahun), terdapat beberapa anak yang sudah lancar dalam menyebutkan urutan bilangan 1-20, tetapi anak tersebut masih mengalami kebingungan, ketika diminta untuk menunjukkan jumlah benda yang sesuai dengan bilangan tersebut.
Metode yang digunakan dalam pembelajaran matematika di TK X, dalam mengajarkan konsep-konsep matematika dasar cenderung menekannkan pada praktek-praktek paper pencil tes. Metode yang digunakan menjadi kurang variatif karena guru hanya menggunakan metode pemberian tugas dalam mengenalkan konsep dan lambang bilangan. Anak hanya diberikan lembar kerja yang berisi angka-angka ataupun menyebutkan bilangan 1-20 secara bersama-sama kemudian anak ditugaskan untuk menulis angka tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan anak cepat bosan dan tidak tertarik dalam pembelajaran matematika.
Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Nurlaela (2009 : 2) bahwa bilangan itu bersifat abstrak, sehingga untuk memberikan mated tentang bilangan kepada anak, guru diharapkan dapat menyajikan mated tersebut dengan menarik.
Menurut Sudono (2000 : 44), "Agar tujuan pembelajaran tercapai dan terciptanya proses belajar mengajar yang tidak membosankan, guru dapat menggunakan media pembelajaran secara tepat". Digunakannya media dalam pembelajaran yaitu agar dapat menjembatani antara konsep-konsep mated yang abstrak menjadi lebih kongkrit, sehingga anak dapat memahami mated yang disajikan guru. Untuk itu, maka penggunaan media dalam proses pembelajaran sangat diperlukan demi tercapainya tujuan pembelajaran secara optimal.
Media pembelajaran merupakan hal yang paling penting dalam proses belajar mengajar seperti yang telah dikemukakan oleh Rohani (Susilawati, 2008 : 27) menjelaskan media merupakan segala sesuatu yang dapat diindra yang berfungsi sebagai perantara/sarana/alat dalam proses belajar mengajar. Sedangkan Gagne (Susilawati, 2008 : 27) mengemukakan media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan anak yang dapat merangsang anak untuk belajar.
Dalam proses kegiatan belajar mengajar media digunakan untuk memperlancar komunikasi, dapat disebut sebagai media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran sangat penting dalam berlangsungnya proses belajar mengajar, karena media pembelajaran merupakan alat bantu yang digunakan dalam proses belajar mengajar, sehingga komunikasi antara guru dan anak akan berlangsung secara efektif. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Anna (2009 : 2) media pembelajaran yang digunakan dapat berpengaruh terhadap efektivitas proses belajar.
Begitu besar peran media dalam membantu proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan penelitian Burhanudin (Nurlaela, 2007 : 2) yang mengemukakan bahwa :
"Kurangnya penggunaan media, alat maupun bahan pembelajaran dapat menurunkan minat belajar siswa, sehingga dengan kurangnya minat belajar siswa, maka anak mengalami kesulitan dalam memahami suatu konsep/ materi pembelajaran". Hal tersebut pada akhirnya menyebabkan siswa putus sekolah. Persentase anak yang putus sekolah akibat kurangnya penggunaan media, alat maupun bahan pembelajaran mencapai 19%.
Maka dari itu dalam mengenalkan konsep bilangan matematika pada anak usia dini sebaiknya menggunakan media yang konkrit sehingga anak lebih mudah untuk memahami dan untuk lebih mengerti.
Menurut Montalalu (2005 : 7. 5) mengemukakan media manipulatif besar artinya dalam perkembangan anak terutama dalam berhitung, seperti membandingkan, melihat hubungan dan menarik kesimpulan.
Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Heddens (Sumarni, 2006 : 14) Media manipulatif adalah benda (model konkrit) yang dapat disentuh dan digerak-gerakan oleh siswa dalam mempelajari konsep bilangan sehingga menimbulkan keinginan untuk berfikir.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Susilawati (2008 : 125) mengemukakan bahwa : "Penggunaan media manipulatif dalam pembelajaran matematika dapat membawa perubahan positif terhadap peningkatan kualitas pembelajaran matematika di TK X, terlihat dari proses penyusunan rencana pembelajaran yang didesain guru dengan menitikberatkan pada kepentingan anak, pembelajaran yang biasanya berpusat pada guru berubah menjadi berpusat pada anak".
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mencoba menggunakan media manipulatif dalam upaya mengetahui pengaruhnya terhadap kemampuan bilangan matematika pada anak usia dini.
Penelitian ini akan dilakukan di Taman Kanak-kanak X kelas B1 yang akan menjadi kelompok kontrol dan B2 menjadi kelompok eksperimen dengan pertimbangan berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa anak TK B2 masih belum dapat memahami tentang konsep bilangan matematika, misalnya masih banyak anak yang belum mengetahui tentang konsep bilangan 1-20 secara abstrak.
Berdasarkan apa yang telah diuraian di atas, maka penelitian ini akan difokuskan pada : "PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN PADA ANAK USIA DINI DI TAMAN KANAK-KANAK X"
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kemampuan awal mengenal konsep bilangan pada anak usia dini di kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sebelum (pre) menggunakan media manipulatif di TK X?
2. Bagaimana kemampuan akhir mengenal konsep bilangan pada anak usia dini di kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sesudah (post) menggunakan media manipulatif di TK X?
3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan mengenal konsep bilangan pada anak usia dini di kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sebelum dan setelah menggunakan media manipulatif?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh media manipulatif terhadap kemampuan mengenal konsep bilangan pada anak usia dini di kelompok kontrol dan kelompok eksperimen di TK X.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah :
a. Mengetahui kemampuan awal mengenal konsep bilangan pada anak usia dini di kelompok kontrol dan di kelompok eksperimen sebelum menggunakan media manipulatif.
b. Mengetahui kemampuan akhir mengenal konsep bilangan pada anak usia dini di kelompok kontrol dan di kelompok eksperimen setelah menggunakan media manipulatif.
c. Mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan pada kemampuan mengenal konsep bilangan pada anak usia dini di kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sebelum dan setelah diberikan media manipulatif.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran serta dapat dijadikan bahan kajian bagi para pembaca, khususnya mengenai kemampuan pada anak usia dini mengenal konsep bilangan dengan menggunakan media manipulatif.
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah :
a. Bagi para guru di TK, dapat menambah ilmu pengetahuan untuk mengajarkan konsep bilangan pada anak usia dini dengan menggunakan media manipulatif
b. Bagi peneliti dapat menambah dan memperluas pengetahuan tentang pengaruh media manipulatif terhadap kemampuan mengenal konsep bilangan pada anak usia dini
c. Bagi lembaga pendidikan anak usia dini, hasil penelitian ini diharapkan memberi gambaran tentang tingkat pendidikan anak usia dini di daerah, dalam pengetahuan mengenal konsep bilangan dengan menggunakan media manipulatif.
d. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menjadi bahan kajian dan gambaran dalam rangka meningkatkan konsep bilangan pada anak usia dini dengan menggunakan media manipulatif.
E. Asumsi
1. Coopley (2000) mengemukakan lima kemampuan yang diajarkan dalam bilangan dan operasi bilangan, yaitu : (1) Counting, (2) quantity, (3) change operations, (4) comparison dan (5) place value. Adapun kemampuan-kemampuan yang akan dibahas dalam pembelajaran kompetensi bilangan anak adalah : (1) couting, (2) hubungan satu-satu, (3) kuantitas dan (4) mengenal angka.
2. Menurut Depdiknas (2002 : 10) Kemapuan mengenal bilangan untuk anak usia 5 sampai 6 tahun ( kelompok B), yaitu anak dapat menyebutkan angka 1 sampai 20 secara urut, menunjukkan angka 1 sampai 20 secara acak, menyebutkan angka 1 sampai 20 secara acak, menunjuk jumlah benda secara urut, mencari angka sesuai dengan jumlah benda, menunjukkan kumpulan benda yang jumlahnya sama, tidak sama, lebih banyak dan lebih sedikit serta menyebutkan kembali benda- benda yang baru dilihatnya.
3. Media manipulatif adalah model konkrit yang dapat disentuh, digerakan oleh anak yang berfungsi untuk membantu anak memahami berbagai konsep matematika. (James, 1997 : 06)
4. Media manipulatif dapat berupa kancing, kacang-kacangan, bola kecil, jepitan plastik, tutup botol dan lain-lain dapat digunakan sebagai media untuk berhitung (Coopley, 2000 : 11).