BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak usia taman kanak-kanak adalah anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang mempunyai karakteristik yang unik. Salah satu karakteristik yang unik tersebut yaitu mempunyai rasa ingin tahu yang besar serta antusias terhadap sesuatu yang ada di sekelilingnya. Pada usia ini anak akan selalu banyak bertanya, memperhatikan, dan membicarakan semua hal yang didengar maupun yang dilihatnya. Ketika akan melihat suatu yang menarik perhatiannya, maka secara spontan anak akan langsung bertanya. Rasa ingin tahu dan antusias terhadap sesuatu tersebut akan diungkapkan melalui kata-kata atau yang disebut berbicara.
Kemampuan berbicara merupakan anugerah yang sangat berharga dari Tuhan Yang Mahakuasa. Iqra, itulah firman Allah Swt, yang pertama disampaikan melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw, hal ini memberi makna bahwa manusia harus memiliki kemampuan untuk membaca agar dapat memaknai kehidupan, sebagai khalifah di muka bumi.
Berbicara merupakan salah satu aspek dari keterampilan berbahasa yang sangat diperlukan bagi perkembangan bahasa anak. Pada usia ini perkembangan bahasa anak akan tumbuh dengan cepat, menyebabkan anak aktif berkomunikasi dengan orang-orang yang ada di sekelilingnya, anak tertarik pada kata-kata baru, hal ini akan menambah kosa kata anak, kemampuan mengungkapkan isi pikiran melalui bahasa lisan, dan pada usia ini anak sudah dapat menceritakan pengalamannya yang sederhana kepada guru, teman sebaya maupun orang lain.
Anak yang dapat berbicara atau berkomunikasi dengan lancar mempunyai kemampuan yang dapat dibanggakan, seperti seorang presenter anak di tv, atau ketika kita menyaksikan seorang anak perempuan Palestina yang begitu lancar bercerita tentang kejadian yang menimpa dirinya dan seorang anak perempuan imigran Srilanka yang akan menuju ke Australia begitu lancar bercerita tentang, mengapa dia meninggalkan negaranya menuju negara baru dengan harapan untuk masa depan. Contoh yang paling sederhana adalah bagaimana anak di lingkungan sekitar kita bisa berkomunikasi dengan lancar sesuai tahapan perkembangannya.
Anak yang memiliki kemampuan berbicara telah menunjukkan kematangan dan kesiapan dalam belajar, karena dengan berbicara anak akan mengungkapkan keinginan, minat, perasaan, dan menyampaikan isi hati secara lisan kepada orang lain. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Suhendar (1992 : 16) :
"Berbicara sebagai suatu proses komunikasi, proses perubahan wujud ujaran atau bunyi bahasa yang bermakna, yang disampaikan kepada orang lain.Berbicara merupakan suatu peristiwa penyampaian maksud (ide, pikiran, perasaan) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan (ujaran) sehingga maksud tersebut dapat dipahami orang lain."
Pendapat tersebut diperkuat oleh Endang dan Maliki (2009 : 36), yang mengatakan bahwa keterampilan verbal dalam berbicara lisan merupakan kemampuan mengekspresikan bahan pembicaraan dalam bahasa kata-kata yang dimengerti banyak orang dan mudah dicerna. Demikian juga, menurut Elizabeth Hurlock (1995 : 176), bahwa bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud.
Begitu banyak peranan berbicara pada aspek perkembangan anak. Selain berperan pada kemampuan individunya, anak yang memiliki kemampuan berbicara ini pun berpengaruh pada penyesuaian diri dengan lingkungan sebaya, agar dapat diterima sebagai anggota kelompok. Kemampuan berbicara anak juga akan berdampak pula pada kecerdasan. Biasanya anak yang memiliki kecerdasan yang tinggi akan belajar berbicara dengan mudah, cepat memahami pembicaraan orang lain dan mempunyai kosa kata yang lebih banyak. Namun, kemampuan untuk menguasai keterampilan berbicara ini tidak akan tumbuh dengan sendirinya, tetapi harus melalui proses pembelajaran dan stimulus dari lingkungan terdekat anak.
Berbicara erat kaitannya dengan lingkungan sekitar anak, dimulai dari lingkungan keluarga terutama orang tua. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dapat menumbuhkan kemampuan berbicara anak, dan merupakan pembelajaran bahasa yang alamiah serta model atau contoh yang pertama ditiru. Masitoh, at.al. (2005) memaparkan bahwa anak memperoleh pengetahuan dan keterampilan tidak hanya dari kematangan, tetapi lingkungan memberikan kontribusi yang berarti dan sangat mendukung proses belajar anak.
Pendapat tersebut diperkuat oleh Yusuf (Hartini, 2005 : 19), yang menjelaskan bahwa kemampuan menyebutkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui imitasi (peniruan) terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain (terutama orang tua).
Setelah memasuki taman kanak-kanak, peran teman sebaya sangat berperan membantu perkembangan bahasa anak. Melalui interaksi dalam kegiatan belajar maupun bermain, anak secara tidak langsung belajar untuk mengembangkan kemampuan berbicaranya. Hal ini akan terus berlangsung sesuai dengan kemampuan bicara anak seusianya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Isah Cahyani (2004 : 65), bahwa "Anak belajar berbicara dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya, selain itu lingkungan memberikan pelajaran pula terhadap tingkah-laku, ekspresi, dan menambah perbendaharaan kata".
Pendidik atau guru seyogyanya memfasilitasi dengan cara menggunakan model kegiatan yang dapat merangsang minat anak untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pendidik atau guru mengidentifikasi dan mengeksplorasi sumber belajar untuk dijadikan media bagi peningkatan keterampilan berbicara anak, dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, karena guru yang kreatif akan senantiasa mencari pendekatan baru dalam memecahkan masalah, tidak terpaku pada media atau sumber belajar yang monoton, melainkan memilih media pembelajaran yang menarik, bermakna dan menyenangkan sesuai dengan kebutuhan anak.
Sejak masih bayi, seorang manusia telah mulai belajar untuk berkomunikasi dengan orang sekelilingnya. Hal ini terlihat ketika bayi mengungkapkan keinginannya, bayi akan menangis. Ketika menangis, hal ini menunjukkan bahwa bayi tersebut lapar, haus, atau kedinginan. Kemudian bentuk komunikasi bayi diteruskan melalui bahasa isyarat, celotehan, dan ekspresi emosional. Sulit diketahui sejak kapan bayi memulai untuk belajar berbicara, namun berawal dari celotehan bayi memulai belajar berbicara.
Seiring dengan bertambahnya usia anak, dapat mengucapkan beberapa kata, pada usia dua tahun kosa kata anak lebih dari 1.500 buah dan kemampuan berbicaranya akan berkembang pesat ketika anak memasuki taman kanak-kanak. Pada usia ini, hasrat anak untuk belajar menjadi dorongan yang kuat untuk mempelajari kata-kata baru dan tentunya melalui stimulasi dari lingkungan taman kanak kanak.
Taman kanak-kanak dianggap sebagai tempat yang tepat untuk menumbuhkan kemampuan berbahasa anak. Perkembangan bahasa anak TK terlihat dari minat yang tinggi pada huruf-huruf dan angka-angka, sudah dapat mengingat kembali pengertian berdasarkan kata-kata, kosa kata anak lebih dari 2.500. Dan, program pengembangan keterampilan berbicara di taman kanak-kanak banyak memberi kesempatan anak untuk berbicara, menceritakan pengalamannya secara sederhana. Anak dibiasakan untuk bertanya, menjawab pertanyaan, dan mengekspresikan keinginannya.
Sesuai dengan tujuan pengembangan berbahasa anak TK, menurut Soemantri (Hartini : 2005), yaitu agar anak mampu mengungkapkan melalui bahasa yang sederhana secara tepat, mampu berkomunikasi secara efektif dengan lingkungan dan membangkitkan minat untuk dapat berbahasa Indonesia dengan baik.
Kenyataannya pengembangan keterampilan berbicara anak di taman kanak-kanak belum maksimal dan cenderung mendapat hambatan. Tidak semua anak mampu menguasai keterampilan berbicara. Ketidakmampuan anak berkomunikasi secara lisan ini dikarenakan beberapa alasan, salah satu alasan tersebut, yaitu kegiatan pembelajaran yang kurang memperhatikan aspek aspek perkembangan anak.
Rendahnya kemampuan berbicara anak terlihat dari kemampuan anak yang sulit berkomunikasi dengan bahasa lisan, sulit mengemukakan pendapat dengan sederhana, sulit memberi informasi, sulit menjawab pertanyaan, malu untuk bertanya, sulit untuk menceritakan pengalaman yang sederhana, dan kemampuan kosa kata anak pun masih terbatas.
Berdasarkan pengamatan yang terjadi di lapangan khususnya di TK X. Dalam beberapa aktivitas di kelas terlihat adanya kegiatan yang kurang memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan kemampuan berbicara. Demikian pula pemanfaatan media pembelajaran yang kurang memperhatikan aspek-aspek perkembangan anak, bahkan hampir tidak pernah digunakan. Sementara itu, anak hanya duduk diam mendengarkan ceramah guru, anak hanya melaksanakan tugas yang diberikan dan jika ada anak yang bersuara, maka guru langsung menegurnya.
Berkaitan dengan media pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berbahasa anak, Isah Suryani (2004 : 99) memaparkan bahwa kemampuan guru dalam mendekatkan anak pada bahasa yaitu kemampuan guru dalam mencari cara atau media komunikasi yang sesuai dengan karakteristik anak. Biasanya, cara yang dapat diterima anak, yaitu cara-cara yang paling menyenangkan bagi anak, alamiah, dan tidak banyak intervensi orang dewasa. Dengan cara-cara tersebut di samping pembelajaran yang tampak alamiah dan merangsang minat anak, juga keterlibatan anak dalam pembelajaran bahasa semakin tinggi. Demikian pula, Menurut Suhartono, (2005 : 143), kegiatan pengembangan berbicara anak pada umumnya dilakukan dalam bentuk interaksi belajar mengajar. Kegiatan itu dapat berjalan dengan baik jika didukung oleh adanya media atau sarana prasarana. .
Media pembelajaran berfungsi sebagai alat yang menarik perhatian dan untuk menumbuhkan minat anak berperan serta dalam proses pembelajaran dan media pembelajaran juga berfungsi sebagai alat untuk menghindari verbalisme. Salah satu media pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan media boneka tangan.
Boneka adalah media yang sangat akrab dengan dunia bermain anak. Menurut Gallahue (Cahaya, S.I : 2007), bermain adalah suatu aktivitas langsung dan spontan di mana seorang anak menggunakan orang lain atau benda-benda di sekitarnya dengan senang, sukarela, dan dengan imajinatif, menggunakan perasaannya, tangannya, atau seluruh anggota tubuhnya. Dengan melalui penggunakan media boneka tangan secara tidak langsung anak akan belajar mengenai keterampilan berbicara tanpa disadari.
Dengan melalui boneka tangan diharapkan anak akan lebih tertarik untuk mencoba menggunakan dan senang memainkannya secara langsung dengan jari-jari tangannya. Boneka tangan sangat populer bagi dunia bermain anak, seperti yang ditampilkan di media elektronik, yaitu boneka si unyil pada acara "Laptop si Unyil". Dengan menggunakan media boneka tangan diharapkan akan meningkatkan minat anak untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
Dalam rangka mengembangkan persoalan tersebut di atas, penulis mencoba untuk melakukan penelitian tentang bagaimana meningkatkan keterampilan berbicara anak taman kanak-kanak melalui penggunakan media boneka tangan, yang penulis rumuskan dalam judul penelitian, "UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK TK MELALUI PENGGUNAAN MEDIA BONEKA TANGAN".
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan di atas, maka perlu adanya suatu penelitian bagaimana cara meningkatkan keterampilan berbicara anak taman kanak-kanak melalui penggunakan media boneka tangan, yang secara khusus dapat dipaparkan dalam bentuk pertanyaan di bawah ini :
1. Bagaimana kondisi obyektif keterampilan berbicara anak di TK X?
2. Bagaimana implementasi penggunaan media boneka tangan dalam meningkatkan keterampilan berbicara anak di TK X ?
3. Bagaimana keterampilan berbicara anak TK X setelah melalui penggunakan media boneka tangan ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Tujuan Umum dari penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan keterampilan berbicara anak taman kanak-kanak melalui penggunaan media boneka tangan.
b. Tujuan khusus
1) Untuk mengetahui kondisi obyektif tentang kemampuan berbicara anak taman kanak-kanak di TK X.
2) Untuk mengetahui implementasi penggunaan media boneka tangan dalam meningkatkan keterampilan berbicara anak di TK X.
3) Untuk mengetahui keterampilan berbicara anak setelah menggunakan media boneka tangan.
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak, seperti guru, lembaga pendidikan, orang tua, dan bagi peneliti selanjutnya. Untuk lebih spesifik penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut :
a. Bagi guru
Guru lebih mudah mengajarkan keterampilan berbicara anak , karena memakai media yang menarik, menyenangkan, dan bermakna bagi anak. Memotivasi peranan guru dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak untuk menciptakan media yang menarik, menyenangkan, dan bermakna agar anak banyak terlibat dalam kegiatan aktivitas berbicara.
b. Bagi lembaga pendidikan
Hasil penelitian diharapkan maenjadi sumbangsih kepada seluruh lembaga pendidikan pada umumnya, dan khususnya bagi TK X dalam rangka meningkatkan kualitas belajar, terutama keterampilan berbicara anak taman kanak-kanak.
c. Bagi orang tua
Penelitian ini diharapkan menjadi alternatif dalam meningkatkan keterampilan berbicara sebagai bahan bacaan dan pengetahuan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari.
d. Bagi peneliti selanjutnya
Dapat dijadikan sebagai acuan untuk kajian pendidikan selanjutnya dan menjadi inspirasi serta motivasi bagi kemajuan pengembangan pendidikan bagi anak usia dini.