(KODE : PASCSARJ-0139) : TESIS KORELASI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU DENGAN KINERJA GURU SMPN X (PROGRAM STUDI : TEKNOLOGI PENDIDIKAN)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berbagai pengaruh perubahan yang terjadi akibat reformasi menuntut organisasi baik organisasi swasta maupun pemerintah untuk mengadakan inovasi-inovasi guna menghadapi tuntutan perubahan dan berupaya menyusun kebijakan yang selaras dengan perubahan lingkungan. Suatu organisasi haruslah mampu menyusun kebijakan yang ampuh untuk mengatasi setiap perubahan yang akan terjadi. Keberhasilan penyusunan kebijakan termasuk kebijaksanaan kepala sekolah yang menyangkut pemberdayaan sumber daya manusia.
Semangat Otonomi Daerah telah memberi angin segar terhadap otonomi pendidikan. Pemerintah kabupaten dan kota diberikan kesempatan untuk menyusun rencana strategis dalam upaya peningkatan mutu, pemerataan, dan pemberdayaan sumber daya. Selanjutnya, di samping tetap mengacu kepada kurikulum nasional pemerintah pusat memberikan kesempatan kepada daerah untuk menyusun kurikulum daerah. Kurikulum disusun berdasarkan potensi dan kebutuhan daerah. Kebijakan pemerintah pusat sudah dilimpahkan kepada kabupaten dan kota. Permasalahan sekarang bagaimana peluang ini dimanfaatkan secara optimal oleh kabupaten dan kota, dalam hal ini Dinas Pendidikannya masing-masing.
Otonomi Pendidikan juga memberikan kewenangan kepada sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan, termasuk di dalamnya menyusun rencana strategis sekolah, memberdayakan sumber daya manusianya, mengelola keuangan sekolah, dan tak kalah pentingnya bagaimana upaya sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Aparat sekolah akan berupaya bagaimana strategi yang dirancang secara bersama-sama dapat menjadikan sekolah yang bersangkutan menjadi bermutu, dan memiliki ciri khas yang terandal, dan menjadi sekolah terdepan. Dalam upaya menjadikan sekolah menjadi bermutu itulah dibutuhkan adanya kinerja guru yang tinggi.
Peran kepala sekolah sebagai pimpinan di sekolah memegang peranan penting dalam upaya menggerakkan jajaran guru untuk memiliki kinerja yang tinggi, dengan kepemimpinan yang selaras dengan lingkungan kerja, dan koordinasi yang matang. Kepala sekolah diharapkan mampu mengikutsertakan guru untuk melakukan proses pembelajaran secara optimal.
Upaya penyelenggaraan pendidikan formal yang bermutu sangat berkaitan erat dengan kejelian dan ketepatan dalam mengidentifikasi, memformulasi, mengemas, serta menjabarkan kebijakan, strategis dan program operasional pendidikan. Ini berarti bahwa kemampuan manajerial kepala sekolah dan layanan professional tenaga pendidikan perlu dikembangkan dan difungsikan secara optimal. Oleh sebab itu sekolah sebagai unit kerja terdepan yang langsung berhubungan dengan kebutuhan riil di bidang pendidikan, sudah saatnya untuk memiliki otonomi kerja dalam menjalankan manajemen di sekolahnya. Di bawah kepemimpinan kepala sekolah yang professional, mereka diharapkan mampu menampilkan dan mengembangkan diri sesuai dengan potensinya yang pada gilirannya dapat meningkatkan mutu pendidikan di Institusinya. Dengan demikian kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan formal menjadi semakin meningkat.
Namun berdasarkan penelitian masih ditemui berbagai hambatan di lapangan, terutama berkenaan dengan tujuan kearah yang dimaksud. Hambatan itu bisa ditemui antara lain : secara operasional, kepala sekolah belum memiliki kriteria baku bagi manajemen mutu sekolah, karena dalam serial buku pedoman peningkatan mutu dari Depdikbud belum tertuang secara ekplisit. Salah satu dari serial buku diatas, yaitu pedoman penyelenggaraan ssekolah, menjelaskan bahwa mutu sekolah bukan sekedar dilihat dari nilai-nilai formal yang dicapai siswa, melainkan akan tampak pula dari penampilannya di semua komponen yang dinilai, misalnya : kemampuan sekolah untuk mencapai prestasi formal yang bermutu, keikutsertaan dalam perlombaan, pementasan kesenian di tingkat daerah maupun nasional, mengirim perwakilan dalam berbagai kegiatan di lingkungan Diknas maupun atas permintaan dari instansi lainnya. Secara khusus, para kepala sekolah menentukan ukuran mutu dan maknahasil belajar. Walaupun demikian, peranan kepala sekolah sangatlah diperlukan untuk merealisasi target mutu sekolah menengah, sebagaimana diharapkan oleh berbagai pihak yaitu dapat memuaskan harapan orang tua, dunia kerja serta masyarakat pada umumnya. Kepuasan mereka pada akhirnya akan menumbuhkan kepercayaan terhadap sekolah.
Secara garis besar, ruang lingkup tugas kepala sekolah dapat diklasifikasikan ke dalam dua aspek pokok, yaitu pekerjaan di bidang administrasi sekolah dan pekerjaan yang berkenaan dengan pembinaan profesional kependidikan. Untuk melaksanankan tugas tersebut dengan sebaik baiknya, ada tiga jenis ketrampilan pokok yang harus dimiliki oleh kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan yaitu ketrampilan teknis (technical skill), ketrampilan berkomunikasi (human relations skill), dan ketrampilan konseptual (conceptual skill).
Menurut persepsi banyak guru, keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah terutama dilandasi oleh kemampuannya dalam memimpin. Kunci bagi kelancaran kerja kepala sekolah terletak pada stabilitas dan emosi dan rasa percaya diri. Hal ini merupakan landasan psikologis untuk memperlakukan stafnya secara adil, memberikan keteladanan dalam bersikap, bertingkah laku dalam melaksanakan tugas.
Dalam konteks ini, kepala sekolah dituntut untuk menampilkan kemampuannya membina kerja sama dengan seluruh personel dalam iklim kerja terbuka yang bersifat kemitraan, serta meningkatkan partisipasi aktif dari orang tua murid. Dengan demikian, kepala sekolah bisa mendapatkan dukungan penuh setiap program kerjanya. Ketertiban kepala sekolah dalam proses pembelajaran siswa lebih banyak dilakukan secara tidak langsung, yaitu melalui pembinaan terhadap para guru dan upaya penyediaan sarana belajar yang diperlukan. Kepala sekolah sebagai komunikator bertugas menjadi perantara untuk meneruskan instruksi kepada guru, serta menyalurkan aspirasi personel sekolah kepada instansi kepada para guru, serta menyalurkan aspirasi personel sekolah kepada instansi vertikal maupun masyarakat.
Demikian halnya dengan motivasi guru baik dari dalam maupun dari luar diri seseorang, motivasi dari dalam berhubungan dengan kesadaran dari diri guru sendiri, untuk dapat bekerja dengan lebih baik. antara lain : keinginan guru untuk mencerdaskan siswa dapat memberikan dorongan kepada dirinya untuk melaksanakan tugas pembelajaran dengan lebih baik, guru yang demikian memiliki kecenderungan untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan kemampuannya sebagai pendidik. Berbagai faktor eksternal yang memungkinkan guru dapat termotivasi diantaranya adalah kompensasi baik berupa materi misalnya gaji, tunjangan dan lain-lain, juga kompensasi yang berupa non materi misalnya pengembangan karir memiliki daya dorong yang cukup signifikan dalam usaha peningkatan kinerja guru.
Kepemimpinan kepala sekolah harus menghindari terciptanya pola hubungan dengan guru yang hanya mengandalkan kekuasaan, sebaliknya perlu mengedepankan kerja sama fungsional; menghindarkan diri dari one man show, sebaliknya harus menekankan pada kerjasama kesejawatan; menghindari terciptanya suasana kerja yang serba menakutkan, sebaliknya perlu terciptakan keadaan yang membuat semua guru percaya diri; menghindarkan diri dari wacana retorika, sebaliknya perlu membuktikan memiliki kemampuan unjuk kerja profesional, menghindarkan diri dari sifat dengki dan kebencian, sebaliknya harus menumbuhkembangkan antusiasme kerja guru; menghindarkan diri dari suka menyalahkan guru, tetapi harus mampu membetulkan (mengoreksi) kesalahan guru; dan menghindarkan diri agar tidak menyebabkan pekerjaan guru menjadi membosankan, tetapi sebaliknya harus mampu membuat suasana kerja yang membuat guru tertarik dan betah melakukan pekerjaannya. Disamping dituntut untuk terus melakukan motivasi seorang kepala sekolah harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan kinerja guru.
Selain kepemimpinan, dan motivasi kerja, faktor lain yang dapat meningkatkan kinerja guru adalah lingkungan kerja, suasana lingkungan sekolah yang menyenangkan dan aman memungkinkan guru dapat bekerja lebih baik. Tetapi sebaliknya lingkungan sekolah yang kurang menyenangkan menyebabkan guru enggan untuk melaksanakan tugas-tugas dengan baik.
Wahjosumidjo (1999 : 25) mengemukakan pengertian motivasi sebagai konsep manajemen dalam kaitannya dengan kehidupan sekolah dan kepemimpinan, adalah sebagai berikut : Motivasi adalah dorongan kerja yang timbul pada diri sendiri untuk berperilaku dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Yusuf Irianto (2003) mengemukakan keterkaitannya antara motivasi dan semangat kerja pegawai, sebagai berikut : Motivasi merupakan kekuatan pendorong yang akan mewujudkan suatu perilaku guna mencapai tujuan peningkatan prestasi kerja dirinya. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa keberhasilan pemimpin diperlukan pengetahuan dan kemampuan menciptakan situasidan iklim kerja yang kondusif, sehingga menimbulkan motivasi pada guru. Selain memotivasi juga harus mampu memberikan siri tauladan atau contoh yang baik kepada bawahan, guna menumbuhkembangkan prestasi kerja bawahannya.
Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan di SMP khususnya di SMP Negeri Kecamatan X, kinerja guru sangat diperlukan. Kinerja Guru merupakan penampilan hasil karya guru dalam kegiatan proses belajar mengajar. Berbagai faktor yang mempengaruhi kinerja guru antara lain : karakteristik pribadi, motivasi, pendapatan gaji, keluarga, organisasi, dan supervisi, pengembangan karir (Yaslis Ilyas, 1999 : 112).
Berbagai permasalahan yang terkait dengan kinerja guru di SMP Negeri Kecamatan X, antara lain : masih adanya beberapa guru yang menunjukkan kinerja kurang, namun demikian tidak jarang pula guru yang telah menunjukkan kinerja yang tinggi. Tinggi rendahnya kinerja guru tersebut tentunya disebabkan oleh berbagai faktor seperti karakteristik pribadi, motivasi, pendapatan gaji, keluarga, organisasi, dan supervisi pengembangan karir.
Dari uraian dan permasalahan tentang kinerja guru tersebut, penelitian ini mengungkap pengaruh kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja guru di SMP Negeri Kecamatan X, dengan judul "KORELASI KEPEMIMPINAN KEPALA SKEOLAH DAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA GURU SMP NEGERI KECAMATAN X"
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat korelasi yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru di SMP Negeri Kecamatan X ?
2. Apakah terdapat korelasi yang signifikan antara motivasi kerja dengan kinerja guru di SMP Negeri Kecamatan X ?
3. Apakah terdapat korelasi yang signifikan antara kepemimpinan Kepala Sekolah dan motivasi kerja dengan kinerja guru di SMP Negeri Kecamatan X ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui signifikasi korelasi kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru di SMP Negeri Kecamatan X.
2. Untuk mengetahui signifikasi korelasi motivasi kerja dengan kinerja guru di SMP Negeri Kecamatan X.
3. Untuk mengetahui signifikasi korelasi antara kepemimpinan Kepala Sekolah dan motivasi kerja dengan kinerja guru di SMP Negeri Kecamatan X.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian mengenai peranan kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru di SMP Negeri Kecamatan X, ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat yaitu :
1. Manfaat Teoritis.
Memberikan kontribusi kepada para pelaksana Dinas Pendidikan Kabupaten X dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan usaha dalam meningkatkan dengan kinerja Guru Sekolah Menengah Pertama.
2. Manfaat Praktis.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran guna pengembangan ilmu pendidikan pada umumnya dan Dinas Pendidikan Kabupaten X pada khususnya yang langsung berkaitan dengan kinerja guru Sekolah Menengah Pertama.