Tokoh Kuliner Tanah Air, Bondan Winarno, mengungkapkan, ia ingin membangkitkan budaya ngopi di Indonesia. Sebab menurutnya, sebagai negara ketiga penghasil kopi di dunia, budaya ngopi pada masyarakat Indonesia masih sangatlah rendah.
Di sela-sela pembukaan cabang Kopitiam Oey-nya yang ke 16, Bondan menyatakan keprihatinannya akan budaya ngopi di Indonesia. Menurut Bondan, masyarakat di Indonesia belum terbiasa untuk rutin mengkonsumsi kopi. Padahal Indonesia merupakan negara ketiga penghasil kopi terbesar di dunia setelah Brazil dan Vietnam.
"Kita tahu di Brazil budaya ngopi sangat kuat, di Vietnam juga. Tapi di Indonesia hanya beberapa daerah saja yang budaya ngopinya terpelihara, ini membuat saya miris," ujar Bonda saat jumpa wartawan di Kopitiam Oey miliknya di bilangan Cinere, Jakarta Selatan, Rabu (26/7) lalu.
Bondan menambahkan, berdirinya Kopitiam Oey pun tercetus atas keperihatinan Bondan akan rendahnya budaya ngopi tersebut. Terlebih semakin banyaknya kedai kopi asing yang membanjiri Tanah Air. Ini membuatnya semakin miris, melihat Indonesia sebagai salah satu penghasil kopi terbesar di dunia.
Konsep Kopitiam Oey miliknya pun menurutnya merujuk pada kedai kopi yang ada di masyarakat. Untuk itu, tak jarang hampir semua cabang Kopitiam miliknya memiliki outlet yang tak terlalu besar.
"Karena kopitiam itu kata benda yang artinya warung, namanya warung mana ada yang besar ya harus kecil," ujar Bondan.
Sementara berbicara kopi yang disajikan di warung kopi miliknya, Bondan membagi sedikit rahasia sajiannya. Bondan mengaku, Kopitiam Oey memiliki resep tersendiri. Penyajian kopi tersebut disebut dengan istilah pitu tilu.
Pitu tilu yang dalam bahasa Indonesia berarti 73 memiliki maksud, penyajian kopi dengan 70 persen arabica dan 30 persen robusta. Menurut Bondan ini yang membuat sajian kopi di Kopitiam Oey miliknya berbeda.
Di sela-sela pembukaan cabang Kopitiam Oey-nya yang ke 16, Bondan menyatakan keprihatinannya akan budaya ngopi di Indonesia. Menurut Bondan, masyarakat di Indonesia belum terbiasa untuk rutin mengkonsumsi kopi. Padahal Indonesia merupakan negara ketiga penghasil kopi terbesar di dunia setelah Brazil dan Vietnam.
"Kita tahu di Brazil budaya ngopi sangat kuat, di Vietnam juga. Tapi di Indonesia hanya beberapa daerah saja yang budaya ngopinya terpelihara, ini membuat saya miris," ujar Bonda saat jumpa wartawan di Kopitiam Oey miliknya di bilangan Cinere, Jakarta Selatan, Rabu (26/7) lalu.
Bondan menambahkan, berdirinya Kopitiam Oey pun tercetus atas keperihatinan Bondan akan rendahnya budaya ngopi tersebut. Terlebih semakin banyaknya kedai kopi asing yang membanjiri Tanah Air. Ini membuatnya semakin miris, melihat Indonesia sebagai salah satu penghasil kopi terbesar di dunia.
Konsep Kopitiam Oey miliknya pun menurutnya merujuk pada kedai kopi yang ada di masyarakat. Untuk itu, tak jarang hampir semua cabang Kopitiam miliknya memiliki outlet yang tak terlalu besar.
"Karena kopitiam itu kata benda yang artinya warung, namanya warung mana ada yang besar ya harus kecil," ujar Bondan.
Sementara berbicara kopi yang disajikan di warung kopi miliknya, Bondan membagi sedikit rahasia sajiannya. Bondan mengaku, Kopitiam Oey memiliki resep tersendiri. Penyajian kopi tersebut disebut dengan istilah pitu tilu.
Pitu tilu yang dalam bahasa Indonesia berarti 73 memiliki maksud, penyajian kopi dengan 70 persen arabica dan 30 persen robusta. Menurut Bondan ini yang membuat sajian kopi di Kopitiam Oey miliknya berbeda.
sumber : www.republika.co.id