Timnas U-13 harus tersingkir dari turnamen Yamaha 4th ASEAN Cup U-13 setelah takluk dari Thailand 1-0 dalam babak penyisihan Grup B, yang digelar di Stadion MBPJ Petaling Jaya, Selangor, Sabtu, 14 Juli 2012.
Tampil menyerang sejak awal babak pertama, Fafa Muhammad Zuhud dan kawan-kawan akhirnya harus menerima kekalahan setelah wasit memberi hadiah penalti kepada Thailand di pertengahan babak kedua.
Kombinasi serangan dari sayap melalui Raditya Ari Pradana dan Fafa Muhammad Zuhud cukup merepotkan barisan pertahanan Thailand sejak awal babak pertama.
Setidaknya, dua peluang tercipta di 10 menit babak pertama melalui Raditya dan Deryl Baiturochman, yang tinggal berhadapan dengan kiper Thailand. Sayang, tendangan Deryl terlalu lemah dan dapat ditangkap Patcharaphon Kaewkham. Hingga babak pertama usai, kedudukan bertahan 0-0.
Memasuki babak kedua, Indonesia yang hanya membutuhkan hasil seri untuk maju ke semifinal tak terlalu banyak melakukan serangan. Bola lebih sering dipermainkan di lapangan tengah untuk sesekali dikirimkan ke depan melalui Asril dan Fafa Muhammad Zuhud.
Petaka terjadi saat pertengahan babak kedua. Penyerang Thailand, Yuthapichai Lertlum, yang menusuk jantung pertahanan Indonesia, berbenturan dengan penjaga gawang Dandy Iqbal Saputro. Wasit asal Jepang yang memimpin pertandingan langsung menunjuk titik putih.
Tendangan penalti Chokanan Saima-In sebenarnya dapat diblok oleh penjaga gawang Dandy Iqbal Saputro, namun wasit meminta tendangan tersebut diulang karena dianggap ada salah satu pemain Indonesia yang bergerak sebelum tendangan penalti. Kontan keputusan tersebut menyulut protes pihak Indonesia. Pada tendangan kedua, Chokanan Saima-In sukses mengarahkan bola ke pojok kanan bawah gawang Indonesia tanpa dapat dijangkau penjaga gawang.
Setelah pertandingan, beberapa ofisial tim Indonesia bermaksud mempertanyakan tendangan penalti yang diulang. Bahkan beberapa wartawan televisi membawa kameranya untuk memperlihatkan bahwa tidak ada pergerakan pemain Indonesia saat tendangan penalti. Namun wasit yang hanya bisa berbahasa Jepang tersebut enggan menanggapi dan langsung masuk ke ruang ganti.
Atas hasil tersebut, pelatih Rohmat Namung mengakui keunggulan Thailand. “Kami mengakui keunggulan Thailand. Mereka bisa memaksimalkan peluang menjadi penalti,” kata Rohmad.
Namun begitu, Rohmad melanjutkan, kekalahan anak asuhnya juga ditunjang dengan keputusan wasit yang kurang bijak. “Wasit tidak memihak, tapi memang betul-betul tak paham aturan bola,” ujarnya
Rohmat berharap turnamen internasional sekelas Yamaha 4th ASEAN Cup U-13 bisa dipimpin wasit yang punya lisensi. “Bagaimana mungkin pertandingan internasional dipimpin wasit yang tidak bisa bahasa Inggris? Penalti diberikan hanya karena benturan ringan penjaga gawang dengan pemain, ditambah lagi penalti harus diulang tanpa sebab jelas,” kata Rohmad.
Tampil menyerang sejak awal babak pertama, Fafa Muhammad Zuhud dan kawan-kawan akhirnya harus menerima kekalahan setelah wasit memberi hadiah penalti kepada Thailand di pertengahan babak kedua.
Kombinasi serangan dari sayap melalui Raditya Ari Pradana dan Fafa Muhammad Zuhud cukup merepotkan barisan pertahanan Thailand sejak awal babak pertama.
Setidaknya, dua peluang tercipta di 10 menit babak pertama melalui Raditya dan Deryl Baiturochman, yang tinggal berhadapan dengan kiper Thailand. Sayang, tendangan Deryl terlalu lemah dan dapat ditangkap Patcharaphon Kaewkham. Hingga babak pertama usai, kedudukan bertahan 0-0.
Memasuki babak kedua, Indonesia yang hanya membutuhkan hasil seri untuk maju ke semifinal tak terlalu banyak melakukan serangan. Bola lebih sering dipermainkan di lapangan tengah untuk sesekali dikirimkan ke depan melalui Asril dan Fafa Muhammad Zuhud.
Petaka terjadi saat pertengahan babak kedua. Penyerang Thailand, Yuthapichai Lertlum, yang menusuk jantung pertahanan Indonesia, berbenturan dengan penjaga gawang Dandy Iqbal Saputro. Wasit asal Jepang yang memimpin pertandingan langsung menunjuk titik putih.
Tendangan penalti Chokanan Saima-In sebenarnya dapat diblok oleh penjaga gawang Dandy Iqbal Saputro, namun wasit meminta tendangan tersebut diulang karena dianggap ada salah satu pemain Indonesia yang bergerak sebelum tendangan penalti. Kontan keputusan tersebut menyulut protes pihak Indonesia. Pada tendangan kedua, Chokanan Saima-In sukses mengarahkan bola ke pojok kanan bawah gawang Indonesia tanpa dapat dijangkau penjaga gawang.
Setelah pertandingan, beberapa ofisial tim Indonesia bermaksud mempertanyakan tendangan penalti yang diulang. Bahkan beberapa wartawan televisi membawa kameranya untuk memperlihatkan bahwa tidak ada pergerakan pemain Indonesia saat tendangan penalti. Namun wasit yang hanya bisa berbahasa Jepang tersebut enggan menanggapi dan langsung masuk ke ruang ganti.
Atas hasil tersebut, pelatih Rohmat Namung mengakui keunggulan Thailand. “Kami mengakui keunggulan Thailand. Mereka bisa memaksimalkan peluang menjadi penalti,” kata Rohmad.
Namun begitu, Rohmad melanjutkan, kekalahan anak asuhnya juga ditunjang dengan keputusan wasit yang kurang bijak. “Wasit tidak memihak, tapi memang betul-betul tak paham aturan bola,” ujarnya
Rohmat berharap turnamen internasional sekelas Yamaha 4th ASEAN Cup U-13 bisa dipimpin wasit yang punya lisensi. “Bagaimana mungkin pertandingan internasional dipimpin wasit yang tidak bisa bahasa Inggris? Penalti diberikan hanya karena benturan ringan penjaga gawang dengan pemain, ditambah lagi penalti harus diulang tanpa sebab jelas,” kata Rohmad.