Berbagai problematika yang terjadi dan hangat diperbincangkan di kalangan publik. Kisah aliran sesat Ahmadiah belum terselesaikan saat ini, padahal pemerintah sudah menetapkan aturan penghapusan aliran Ahmadiah di Indonesia. Selain itu, yang paling mengerikan yaitu banyak orang yang mengaku diri sebagai Nabi yang mendapat wahyu dari Allah SWT., dan mengubah syahadat. Sungguh tragis zaman ini. Berbagai situs di internet memuat ajaran- ajaran sesat yang dapat mempengaruhi akal pikiran manusia. Tidak berguna lagi semua penjelasan Al-qur’an dan Hadist.
Terdengar para tokoh ulama memberikan arahan kepada khalayak dari berbagai corong masjid tetapi ironisnya masyarakat lebih memilih berdiam diri di rumah daripada keluar masjid untuk menghadiri majlis ta’lim. Salah satu sampel yang berdasarkan pengalaman saya yaitu ketika menghadiri pengajian di sebuah gubuk yang bermuara di Lombok timur. Di sana terdapat kurang lebih 80 orang laki-laki dan 50 orang perempuan yang hadir, sedangkan jumlah peduduk berkisar di atas ratusan ribu orang. Dilain sisi pada saat acara pertunjukan gamelan, kebanyakan orang berlari menyaksikannya. Kuantitas penonton naik secara drastis dan mengalahkan kuantitas orang yang menghadiri pengajian itu. Melihat kondisi seperti ini, sepatutnya kita malu pada diri sendiri.
Agama Islam juga mengajarkan kedamaian intern dan antar agama. Hal ini hanya manis diucapkan pada bibir saja. Di setiap pelosok desa maupun kota, perpecahan umat sedang membanjiri masa. Tanpa dipungkiri lagi, kisah bom Bali 1 yang menelan ribuan korban yang terjadi beberapa tahun yang lalu dengan ditetapkannya tiga orang tersangka yaitu Imam Samudra, Ali Gufran, dan Amrozi. Ketika banyak orang berinstruksi ‘Apa agama mereka? Mereka menjawab ‘Islam’. Sebuah jawaban yang menggugah umat Islam di seluruh dunia sehingga orang kafir menganggap Islam itu agama teroris. Bagaimana citra Islam yang cinta kedamaian itu? Apakah umat Islam saat ini tidak bermuka dua melihat kondisi ini dan anggapan keras dari pihak-pihak di luar sana? Nah, apa yang anda rasakan?
Berbagai runtutan kejadian yang menjadi cerminan kita tentang keberadaan Islam di negeri ini. Pengalaman saya ketika mengikuti kuliah sore di rumah, salah seorang ulama mengatakan bahwa Islam itu akan kembali ke negeri Hijaz yaitu Mekkah dan Madinah. Penduduk yang bermukim di sana adalah Islam yang sangat memegang teguh agama. Menurut catatan dunia, tingkat kriminal terendah di antara negara-negara lain di dunia adalah Arab karena Islam sebagai tolak ukur dalam kehidupan mereka.
Di Indonesia terdapat jutaan penduduk mayoritas Islam. Tetapi pada kenyataannya apakah kita sudah menjauhkan diri dari hal yang berada diluar batas agama?
Bila anda pandai mengamati fenomena sosial yang ada di kalangan masyarakat yang memiliki berbagai warna stratifikasi. Mungkin anda akan menangis dengan semua gerak-gerik setiap insan. Anda juga patut bersyukur jika anda tidak termasuk ke dalam hal yang akan kami contohkan di bawah ini. Coba anda lihat, para anggota DPR sedang menikmati uang hasil korupsi. Tentu anda sudah bosan melihat berita di televisi yang terus membahas para koruptor tersebut. Setelah diteliti ternyata kebanyakan mereka baragama Islam. Contoh kedua, para remaja banyak menghabiskan waktu untuk membaca majalah daripada membaca Al-qur’an. Majalah selalu tersedia sepanjang waktu sedangkan Al-qur’an hanya disimpan di atas lemari sebagai hiasan rumah, penuh debu dan sarang laba-laba mengambang di atasnya. Padahal membaca 1 ayat Al-qur’an pun mendapat 10 kebajikan bagi pembacanya.
Lain halnya juga, para ibu lebih memilih berkumpul untuk arisan yang melahirkan berbagai gosip hangat daripada mengikuti kultum siraman rohani di majlis ta’lim. Astagfirullah al-‘adzim.... Selain itu juga, banyak orang sudah mengetahui jika Islam itu agama yang mengatur etika berpakaian. Kini, Islam hanya sebuh simbol. Lihatlah rok mini, baju seksi tanpa memakai jilbab membanjiri kaum hawa remaja dan dewasa, sehingga sesuatu yang sepatutnya disembunyikan tetapi dipamerkan sehingga laris di pasar kriminal. Apa Islam sudah tidak mengena di hati mereka? Hati dan pikiran andalah yang bisa menjawabnya.
Berbagai dilema yang menyesakkan keberadaan Islam di negara ini. Islam hanya sekedar pelengkap KTP dan penutup diri dari anggapan sebagai anggota teroris yang bertindak anarkis. Manusialah yang melakukan evolusi yang mengarah kepada pelunturan arti Islam yang sebenarnya. Sesunggunya Islam sedang menangis. Siapa yang layak disalahkan? Apakah orang lain atau mungkin kita sendiri....?
Oleh karena itu, perbaikilah kemanusiaan kita agar Islam tetap menebar senyum manis kepada ibu pertiwi ini. Bukankah demikian???
Penulis Adalah Pegiat Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) RO'YUNA IAIN Mataram