(Kode PEND-AIS-0018) : Prosedur Dan Efektifitas Pengembangan Media Pembelajaran Kitab Matnul Ghoyah Wat Taqrib Bab Haji Menggunakan Macromedia Flash 8 Di Pesantren X
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan merupakan realitas yang tidak dapat dipungkiri. Sepanjang sejarah yang dilaluinya, pesantren terus menekuni bidang pendidikan keagamaan dan menjadikannya sebagai fokus kegiatan. Dalam mengembangkan pendidikan, pesantren telah menunjukkan daya tahan yang cukup kokoh sehingga mampu melewati berbagai jaman dengan beragam masalah yang dihadapinya. Dalam sejarahnya itu pula, pesantren telah menyumbangkan sesuatu yang tidak kecil bagi Islam di negeri ini.1 Eksistensinya sampai sekarang tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi umat Islam. Di tengah arus globalisasi, individualisme, dan pola hidup materialistik yang semakin mengental, pesantren masih konsisten menyuguhkan sistem pendidikan yang khas yang oleh sebagian orang dianggap tradisional. Pesantren menurut Hasyim Muzadi mempunyai peranan yang sangat vital dari pemberdayaan dan perkembangan masyarakat.2
Pengajaran kitab-kitab kuning adalah salah satu elemen dasar dari tradisi pesantren selain kyai, pondok, masjid, dan santri. Doktrin-doktrin dalam kitab kuning merupakan salah satu roh yang menjiwai kehidupan pesantren Jika seluruh kitab kuning diteliti secara substansial, maka tentu semua itu merupakan penjabaran dari al-Qur’an dan hadith. Paling tidak referensinya mengambil legitimasi dari dua sumber ajaran ini, yang di dalamnya tidak hanya membahas bidang ibadah, fiqih, tauhid, tafsir, hadith dan akhlak saja, melainkan juga materi sejarah, peradaban, sastra, filsafat, mistisisme, pranata sosial, dan politik pun bisa menjadi materi kajian penting dalam kurikulum pendidikannya.3
Di kalangan pesantren, kitab kuning biasanya diajarkan dengan dua cara yaitu sorogan dan wetonan. Dalam cara sorogan, satu demi satu santri menghadap kyai dengan membawa kitab, kyai membacakannya dan santri mengulanginya sampai mampu membaca dan memahami maknanya. Sedangkan cara wetonan semua santri bersama-sama menghadap kyai dengan membawa kitab tertentu kemudian kyai membacakan kitab itu dengan makna dan penjelasan secukupnya, sementara para santri mencatat semua yang dikatakan kyai seperlunya.4
Namun, akhir-akhir ini kedua cara penyampaian materi kitab kuning di atas mendapat kritik dari para pemerhati pendidikan, karena memiliki kelemahan dan kurang sesuai dengan pandangan sistem pendidikan modern yang student centered. Pengajaran kitab-kitab kuning, baik secara wetonan dan sorogan, memiliki kelemahan metodologis di antaranya adalah ketika tidak terjadinya dialog antara santri dan kyai, santri menjadi pasif. Kegiatan belajar mengajar terpusat pada kyai. Akhirnya, daya kreatifitas dan aktifitas santri menjadi lemah dan dalam hal ini, kyai juga tidak segera memperoleh umpan balik tentang penguasaan materi yang disampaikan.5
Kenyataan di atas seharusnya dapat memacu mereka yang berkompeten dalam pengembangan pesantren agar melakukan langkahlangkah transformatif, bila pesantren akan dijadikan sebagai institusi pendidikan yang menjanjikan pada era modern. Sudah saatnya bagi pesantren untuk melakukan reorientasi tata nilai dan tata operasional pendidikannya, agar lebih relevan dengan dinamika kemodernan, tanpa meninggalkan nilainilai tradisional yang telah lama mengakar kuat di pesantren.6 Sebagaimana telah disebutkan dalam kaidah yang sangat terkenal di pesantren, yaitu :
Artinya :
"Memelihara keadaan yang lama yang maslahat dan mengambil yang baru yang lebih maslahat"7
Salah satu kitab kuning yang diajarkan di pesantren adalah kitab Matnul Ghoyah Wat-Taqrib karya Al-Qadhi Abu Syuja’ Ahmad bin Al Husain bin Ahmad Al-Asfihani. Dari kitab ini muncul beberapa kitab yaitu Iqna' karya Syarbini (977 H/1569 M), kitab Kifayat Akhyar karya Damsyaqi (829 H/ 1426) dan kitab Fathul Qorib karya Ibnu Qasim (918 H/1512 M).8 Di pesantren kitab ini lebih dikenal dengan nama Kitab Taqrib. Kitab yang padat menjelaskan hukum-hukum fiqh ini menguraikan 16 bab hukum fiqh mulai dari bab thaharah sampai bab ahkamul i'tqi. Salah satu bab yang menarik dibahas di dalamnya adalah bab Haji. Suatu bab yang menjelaskan hukum dan tata cara menunaikan rukun Islam yang kelima setelah syahadat, shalat, zakat dan puasa.
Namun, penyajian bab ini menggunakan metode wetonan maupun sorogan tentu masih menyisakan beberapa persoalan dalam aspek pemahaman santri seperti bagaimanakah gambaran tentang thawaf, sai, wukuf, jumroh yang sudah tentu tidak bisa dijelaskan dengan kedua metode itu saja. Adanya media yang mampu memaparkan haji dalam bentuk teks, gambar, suara, dan video (audiovisual) tentu sangat diperlukan.
Dengan melihat perkembangan pesat teknologi informasi dewasa ini maka Macromedia Flash tentu dapat menjadi tawaran pertama untuk memberikan solusi dari permasalahan diatas. Macromedia Flash merupakan gabungan konsep pembelajaran dengan teknologi audiovisual yang mampu menghasilkan fitur-fitur baru yang dapat dimanfaatkan dalam pendidikan. Pembelajaran berbasis multimedia tentu dapat menyajikan materi pelajaran yang lebih menarik, tidak monoton, dan memudahkan penyampaian. Peserta didik dapat mempelajari materi pelajaran tertentu secara mandiri dengan komputer yang dilengkapi program multimedia.9
Macromedia Flash adalah program untuk membuat animasi dan aplikasi web profesional. Bukan hanya itu, Macromedia Flash juga banyak digunakan untuk membuat game, animasi kartun, dan aplikasi multimedia interaktif seperti demo produk dan tutorial interaktif.10 Software keluaran Macromedia ini merupakan program untuk mendesain grafis animasi yang sangat populer dan banyak digunakan desainer grafis. Kelebihan flash terletak pada kemampuannya menghasilkan animasi gerak dan suara. Awal perkembangan flash banyak digunakan untuk animasi pada website, namun saat ini mulai banyak digunakan untuk media pembelajaran karena kelebihankelebihan yang dimiliki.
Akan tetapi, penggunaan Macromedia Flash sebagai media pembelajaran sangat jarang digunakan di pesantren. Padahal penggunaan media ini telah banyak diterapkan di lingkungan pendidikan di luar pesantren. Apabila dilihat dari kelebihan media ini, dan kelemahan pada sistem pembelajaran tradisional pesantren, maka sudah saatnya pembelajaran di perantren juga menggunakan Macromedia Flash. Bukankah Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum tanpa diikuti usaha untuk merubahnya?
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Quran Surat Ar-Ra’ad ayat 11 :
Artinya :
"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri."11
Di X selatan sejak 31 Agustus 2001 berdiri Pesantren X. Pesantren yang di asuh oleh KH. Ali Maschan Moesa merupakan satu diantara sekian banyak pesantren di kota X. Di pesantren inilah para santri dididik dan digembleng untuk menguasai ilmuilmu keagamaan.
Seperti kebanyakan pesantren lain, metode wetonan menjadi salah satu metode pengajaran kitab kuning di Pesantren X. Di sisi lain santri yang hampir 100% adalah mahasiswa di beberapa perguruan tinggi di X ini tentu juga memiliki tugas belajar di perguruan tinggi masingmasing. Oleh karenanya, untuk menunjang tugas belajar tersebut, kebanyakan para santri memiliki komputer di kamarnya masing-masing. Dari sinilah terbuka lebar kesempatan untuk mencoba memanfaatkan komputer juga sebagai penunjang pendidikan mereka di pesantren, tidak hanya sebagai penunjang pendidikan di kampus saja.
Berangkat dari paparan sebelumnya, maka peneliti merasa sangat perlu untuk melakukan inovasi media pembelajaran menggunakan Macromedia Flash di lingkup pesantren. Dengan melihat kelemahan metode pengajaran sistem wetonan dan kebutuhan akan media pembelajaran audiovisual pada materi Haji kitab Taqrib serta kesempatan emas tersedianya komputer yang dimiliki santri Pesantren X maka peneliti menetapkan penelitian berjudul "Prosedur dan Efektifitas Pengembangan Media Pembelajaran Kitab Matnul Ghoyah Wat Taqrib Bab Haji Menggunakan Macromedia Flash 8 di Pesantren X".
B. Alasan Pemilihan Judul
1. Pembelajaran kitab kuning dengan metode tradisional belum bisa memberi gambaran menyeluruh tentang bab haji kitab Matnul Ghoyah Wat Taqrib.
2. Kebutuhan pembelajaran yang berbasis multimedia kitab Matnul Ghoyah wat Taqrib pada bab Haji untuk meningkatkan pemahaman santri.
3. Adanya kesempatan untuk memanfaatkan komputer sebagai media pembelajaran seiring pesatnya perkembangan software pembuat animasi multimedia seperti Macromedia Flash.
4. Peneliti merasa tertarik untuk mengetahui hasil penelitian pembelajaran menggunakan Macromedia Flash 8 di pesantren karena selama ini media tersebut masih digunakan di lembaga pendidikan di luar pesantren.
5. Peneliti menganggap masalah tersebut penting untuk diteliti karena hasilnya bisa dijadikan pertimbangan untuk mengadakan pembaharuan media pembelajaran di pesantren.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti mengklasifikasikan beberapa rumusan masalah, yaitu:
1. Bagaimanakah prosedur pengembangan media pembelajaran kitab Matnul Ghoyah Wat Taqrib bab haji menggunakan Macromedia Flash 8 di Pesantren X?
2. Bagaimanakah efektifitas pengembangan media pembelajaran kitab Matnul Ghoyah Wat Taqrib bab haji menggunakan Macromedia Flash 8 di Pesantren X?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut::
1. Untuk mengetahui prosedur pengembangkan media pembelajaran kitab Matnul Ghoyah Wat Taqrib bab haji menggunakan Macromedia Flash 8 di Pesantren X.
2. Untuk mengetahui efektifitas pengembangan media pembelajaran kitab Matnul Ghoyah Wat Taqrib bab haji menggunakan Macromedia Flash 8 di Pesantren X.
E. Definisi Operasional
** BAGIAN INI SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **
F. Metode Penelitian
** BAGIAN INI SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **
G. Sistematika Pembahasan
** BAGIAN INI SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **