KEYAKINAN

Pengertian
Sebelum sampai kepada pengertian keyakinan, alangkah bijaksananya apabila dalam pembicaraan ini kita terlebih dahulu membenahi istilah-istialah yang sering digunakan dalam pengertian keyakinan. Istilah-istilah yang dimaksud adalah keyakinan, keimanan, dan kepercayaan. Menurut etimologi, kata iman berasal dari kata aamana (Bahasa Arab) yang berarti mempercayai, ketenangan, keamanan, atau ketentraman. Maka iman berarti kepercayaan. Percaya berasal dari kata pracarya (Bahasa Sanskerta) yang berarti menerima,sedangkan keyakinan berasal dari kata yaqin (Bahasa Arab) yang berarti percaya sungguh-sungguh. Dari penjelasan pengertian diatas, dapatlah dikatakan bahwa kepercayaan berbeda dengan keyakinan.


Istilah keyakinan dan keimanan berada di”atas” istilah kepercayaan, dan keyakinan ekuivalen dengan iman. Kepercayaan hanya menerima dengan budi(ratio), sedangkan keyakinan menerima dengan akal. Kata akal berasal dari kata aqal ( bahasa arab), artinya keseimbangan antara pemikiran budi dan rasa hati atau pemikiran objektif dan subjektif. Arti akal mula-mula meningkat (menahan) dan membedakan sehingga akal merupakan tenaga yang menahan diri dari perbuatan buruk dan jahat, dan membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain. Akal bermakna sebagai alat untuk berpikir, menimbang baik burukbnya atau merasakan segala perubahan keadaan, sehingga dapat mengambil mangambil manfaat daripadanya. Begitulah pengertian keyakinan sehingga keyakinan lengket dengan manusia serta dengan kehidupannya.

BAB X
MANUSIA DAN HARAPAN

1. KEPERCAYAAN
Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenarannya. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran.
Dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap diwahyukan, artinya diberitahukan oleh tuhan langsung atau tidak langsung kepada manusia. Kewibawaan pemberi kebenaran itu ada yang melebihi besar.ewibawaan pemberi kebenaran itu ada yang melebihi besarnya. Kepercayaan dalam agama merupakan keyakinan yang paling besar. Hak berpikir bebas, hak atas keyakinan sendiri menimbulkan hak beragama menurut keyakinan.
Apakah kebenaran itu
Kebenaran, menurut Poedjawiyatna dalam bukunya Etika Filsafat Tingkah Laku, merupakan cita-cita orang yang tahu. Sudah tentu dalam hal ini kebenaran tersebut adalah kebenaran logis. Bagaimana sulitnya mencapai kebenaran logis itu, tetapi benar-benar diusahakan orang. Tidak ada seorangpun yang suka kekeliruan. Ini nyata dalam usaha ilmu untuk mencapai kebenaran.orang tidak memperhitungkan susah payah dan biaya, tujuannya ialah kebenarannya.
Persesuaian antara putusan dengan keyakinan disebut kebenaran etis. Dalam bidang logika, kebenaran adalah persesuaian antara yang mengetahui dan objek yang diketahui. (Cita-cita manusia adalah kebenaran logis yang benar). Kebenaran logis disebut juga kebenaran objektif, sedangkan kebenaran etis disebut juga kebenaran subjektif.
Jika tidak ada persesuaian antara putusan dan objeknya yang diketahui, maka ada dua kemungkinan
1. Orang yang mengutarakan putusan (mengatakan) itu keliru.
2. Orang yang mengutarakan itu sengaja mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan realita dan tidak sesuai dengan keyakinannya. Tindakan itu disebut bohong atau dusta.
Kekeliruan bukan objek etika karena kekeliruan tidak dianggap buruk. Lain halnya dengan berdusta atau bohong yang merupakan tindakan etis yang buruk. Jelas kebenaran itu timbul dari manusia.
Berbagai kepercayaan dan usaha meningkatnya
Dasar keprcayaan adalah kebenaran. Sumber kebenaran adalah manusia. Karena itu, sesuai dengan contoh-contoh didepan, maka kepercayaan dapat dibedakan atas :
1. Keprcayaan pada diri sendiri
Keprcayaan pada diri sendiri perlu ditanamkan pada setiap peribadi manusia. Percaya pada diri sendiri hakekatnya percaya pada tuhan yang maha esa. Percaya pada diri sendiri, adalah menganggap diri tidak salah, dirinya menang, dirinya mampu mengerjakan yang diserahkan atau dipercayakan kepadanya.
Contoh :
a) Tigor, dalam drama TVRI yang berjudul “Tigor” , tidak takut kepada jaya krupuk. Ia yakin bahwa dia tidak bersalah. Ia percaya pada dirinya sendiri. Ia hanya takut kepada tuhan.
2. Keprcayaan kepada orang lain
Percaya kepada orang lain dapat berupa percaya kepada saudara, orang tua, guru, atau siapa saja. Kepercayaan ini sudah tentu percaya kepada kata hatinya, perbuatan sesuai dengan kata hati, atau terhadap kebenaran. Ada pepatah mengatakan, ”Orang itu percaya karena ucapannya”. Misalnya, orang yang berjanji sesuatu itu dipenuhi, meskipun janji itu tidak terdengar orang lain, apalagi membeuat janji kepada orang lain. Banyak contoh dalam kehidupan yang meskipun berat tetap dilaksanakan.
Contoh :
a) Nyi Ratu Kalimayat bertapa telanjang hanya berkainkan rambut (tapa wuda sinjang rikma), karena menginginkian kematian pangeran jipang, Arya Penangsang. Ia kan berhenti bertapa, bila penangsang sudah terbunuh.akhirnya penangsang dapat terbunuh oleh sutawijaya (Putra angkat Sultan Pajang).
3. Kepercayaan kepada pemerintah
Berdasarkan pandangan teokratis menurut buku Etika, Filsafat Tingkah Laku karya Prof.I.R.Poedjawiyatna, negara berasal dari tuhan. Tuhannya yang langsung memerintah dan memimpin manusia, karena tuhan adalah pemilik kedaulatan sejati. Semua pengemban kewibawaan, terutama pengemban tertinggi, yaitu raja, langsung dikarunia kewibawaan oleh tuhan.
Pandangan demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat, kewajiban pun milik rakyat. Rakyat adalah negara, rakyat itu menjelma pada negara, satu-satunya realitas adalah negara. Manusia sebagai seorang (individu) tak berarti apa-apa. Ia mempunyai arti hanya dalam masyarakat. Negara sebagai keutuhan (totalitas) yang ada, kedaulatan mutlak pada negara (negara totaliter). Satu-satunnya yang mempunyai hak adalah negara, sedangkan perseorangan tidak memiliki hak, ia hanya mempunyai kewajiban (negara ditator).
Pamndangan demokrasi yang laintidak menyamakan rakyat dengan negara, tetapi rakyat menjadi sumber kedaulatan sssepnuhnya, sumber kedaulatan dan segala hak ( J.J roseau) apa yang menjadi khendak rakyat aadalah hak. Itulah yang di sebut keddaulatan rakyat yang mutlak. (Republik).
4. Kepercayaan Kepada Tuhan
Kepercayaan kepada tuhan yang maha kuasa amat penting karena keberadaan manusia bukan dengan sendirinya, tetap[i diciptakan oleh tuhan. Kepercayaan berarti keyakinan dan pengakuan akan keberadaan. Kepercayaan amat penting, karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan manusia dengan tuhannya. Tuhan tidak dapat menolong ummatnya, apabila ummtnya tidak mempunyai kepercayaan kepadanya, sebab tidak aaaada tali penghubung yang mengalirkan daya kekuatannyaa. Oleh karena itu, jika ingin mendapatkan pertolongan dari-nya, manusia harus percaya kepada tuhan , sebab tuhanlah yang selalu menyertai manusia. Kepercayaan atau pengakuan akan adanya zat yang maha tinggi yang menciptakan alam semesta dan seisinya. Merukonsekuensi tiap-tiap ummat beragama/ kepercayaan dalam melakukan pemujaan terhadap zat tersebut. Pengukuhan iman (kepercayaan), bahwa adanya zat itu merupakan kebenaran dengan hati dan dilaksanakan dengan perbuatan (afirmattion). Antara sesama penganut kepercayaan kepada tuhan terjalin suatu batun yang kuat, sehingga tumbuh persaudaraan umat beragama/kepercayaan.
Berlandaskan kepercayaan tersebut tiap-tiap inndividu menyakini bahwa tujuan hidup kebahagiaan yang sempurna tidak terdapaat di dunia ini, tetapi di akhirat. Keyakiana ini membawa akibat, bahwa hidup di dunia merupakan satu kesatuan dengan akhirat, dan manusia berbuat sesuai dengan keyakkinan tersebbut (assurance)
Kepercayaan menyakinkan bahwa kebaikan dalam tingkah laku membawwa kebaikakan pula (pahala) dan akan menngalahkan kejahatan. Dengan demikian, bagi yang berbuat baik ( tindakan normal) bisa berharap mendapat kebaikan dalam kesempatan lain.
Berbagai usaha dilakukan manusia untuk meningkatkan kepercayannya kepada tuhan. Usaha itu bergantung pada probadi, kkondisi, situasi, dan lingkungan.
Usaha itu antara lan:
a. meningkatkan ketakwaan dengan jalan meningkatkan ibadah
b. meningkatkan pengabdian kepada masyarakat (ambek prakartha)
c. meningkatkan kecintaan kepada sesama manusia denaga jalan suka menolong, daaaaaarmawa, dan sebagainya.
d. Mengurangi nafsu pengumpulan harta yang berlebihan
e. Menekan perasaan negatif seperti iri, dengki, fitnah dan sebagainya.

2.



Postingan terkait: