fislafat kehidupan esensialisme

1. latar belakang
Gerakan esensialisme muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa orang pelopornya seperti wiliam c. bagley, Thomas briggs, federick breed dan isoc l. kandel. Pada tahun 1938 mereka membentuk suatu lembaga yang di sebut the esensialist commite for the advancement of amirican education.” Bagley sebagai pelopor esensialisme adalah seorang guru besar “ teacher college” Columbia university, ia yakin bahwa funsi sekolah adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah kepada generasi muda


Esensialisme, yang memiliki kesamaan dengan perenealisme, berpendapat bahwa kultur kita telah memilki suatu inti pengetahuan umum yang harus di berikan di sekolah-sekolah kepada para siwa dalam suatu cra yang sistematis dan berdisiplin, tidak seperti perennialisme yang menekankan pada sejumlah kebenaran-kebenaran eksternal, sedangkan esensialisme menekankan pada apa yang mendukung pengetahuan dan keterampilan yang di yakini penting yang harus di ketahui parta anggota masyarakat yang produktif.
Esensialisme mengadakan protes terhadap progresivisme, namun dalam protes tersebut tidak menolak atau menentang secara keseluruhan pandangan progresivisme seperti hal yang di lakukan oleh perenialisme. Ada beberapa aspek dari progresivisme yang secara prinsipil tidak dapat di terimanya. Mereka berpendapat bahwa betul-betul ada hal-hal yang esensial dari pengalaman anak yang memilki nilai esensial dan perlu di bimbing. Semua manusia mengenal esensial terseburt apabila manusia berpendidikan.
2. konsep pendidikan
a. gerakan bck to basics
gerakan back to basics yang di mulai pertngahan tahun 1970-an adalah dorongan skala besar yang mutakhir untuk menerapkan program-program esensialis di sekolah-sekolah hal-hal yang penting di kemukakan oleh kaum esensialis sekolah-sekolah harus melath/ mendidik siswa untuk berkomunikasi dengan jelas dan logis. Keterampilan-keterampilan inti dalam kurikulum haruslah berupa membaca, menulis, berbicara, ddan berhitung serta sekolah memilki tanggung jawab untuk memperhatikan apakah siswa menguasai keterampilan-keterampilan tersebut.
Ahli pendidikan esensialis tidak memandang anak sebagai orang yang jahat, dan tidak pula memandang anak sebagai orang yang secara alamiah baik, anak-anak tersebut tidaka akan menjadi anggota masyarakat yang berguna, keculai anak-anak secar aktif dan penuh semangat di ajarkan nilai disiplin, kerja keras dan rasa hormat pada pihak berwenang/ punya otoritas.
b. Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan adalah untuk menurunkan warisan budaya dan warisan sejarah melalui pengetahuan , inti yang terakumulasi dan telah bertahan dalam kurun waktu yang lama, serrta merupakan suatu kehidupan yang telah teruji olehwaktu dan di kenal oleh semua orang . pengetahuan tersebut bersama dengan skill, sikap, dan nilai-nilai yang memadai akan mewujudkan elemen-elemen pendidikan yang esensial.
Selain merupakan warisan budaya tujuan pendidikan esensialisme adalah “ mempersiapkan manusia untuk hidup’ namun hidup tersebut sangat komplek dan luas, sehingga kebutuhan-kebutuhan untuk tersebut berada di luar wewenang sekolah. Hal ini tidak berarti bahwa tidak dapat memberikan kontribusi untuk memeprsiapkan hidup tersebut. Kontribusi sekolah terutama bagaiamana merancang sasaran mata pelajaran sedemikian rupa, terutama tujuan pelajaran yang dapat di pertanggung jawabkan, yang pada akhirnya memadai untuk mempersiapkam manusia hidup.
c. kurikulum
beberapa orang memandang esensialisme memandang bahwa seni dan ilmu sastra sebagai embel-embel dan merasa bahwa pelajran ipa dan teknik serta kejujuran yang sukar adalah hal-hal yang benar-benar penting yang di perlukan siswa agar dapat memberi kontribusi pada masyarakat.
Kurikulum esensialisme seperti halnya perenialsme, yaitu kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran . di sekolah dasar penekanannya pada kemampuan dasar (membaca, menulis dan matematika) di sekolah menengah di perluas dengana tepat berkaitan dengan disiplin tersebut akan mampu mengembangkan pikiran (kemampuyan nalar) siswa dan sekaligus membuatnya sadar akan dunia fisik sekitarnya.
d. Peranan sekolah dan guru
Peranan sekolah adalah memelihara dan menyampaikan warisan budaya dan sejarah pada generasi pelajar dewasa ini , melalui hikmat dan pengalaman yang terakumulasi dari disiplin tradisional. Belajar efektif di sekolah adalah proses belajar yang keras dalam penanaman fakta-fakta dengan penggunaaan waktu secara relative singkat, tidak ada tempat bagi pelajran pilihan. Kurikulum dan lingkungan kelas di susun oleh guru , waktu, tenaga dan semuanya di tujukan untuk belajar yang esensial
Mengenai peranan guru banyak persamaannya dengan perenialisme, guru di anggap sebagai oaring yang menguasai lapangan subjek khgusus dan merupakan modal contoh yang sangat baik untuk di tiru. Merupakan orang yang menguasai pengetahuan dan kelas berada di bawah pengaruh dan pengawasan guru.
e. Prinsif-prinsif pendidikan
Prisif-prinsif pendidikan esensialisme dapat kita kemukakan sebagai berikut:
• pendidikan harus di lakukan melalui uasaha keras, tidak begitu saja timbul dari dalam diri siswa
• inisiatif di dalam pendidikan di tekannkan pada guru bukan pada murid, peran guru adalah menjembatani antara dua orang dewasa dengan dunia anak
• inti peruses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yang telah di tentukan kurikulum di organisaisi dan di rencanakan dengan pastioleh orang dewasa
• sekolah harus mempertahankan metode –metode tradisional yang bertautan dengan disiplin mental, esensialisme mengakui bahwa metode pemecahan masalah ada faedahnya, namun bukan prosedur untuk di laksanakan dari seluruh proses belajar. Pendapat ini di dasari oleh pandangan bahwa kebanyakan pengetahuan adalah abestrak dan tidak dapat di pecahkan kedalam masalah-masalah konkrit
• tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum merupakan tuntutan demokrasai yang nyata.
4. FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONISME
Sebagaimana telah di jelaskan oleh Karoline pratt (1948) , bahwa nilai terbesar suatu sekolah harus menghasilkan manusia-manusia yang dapat berpikir secara efektif dan bekerja kontraktif, yang saat bersamaan dapat membuat suatu dunia yang lebih baik di bandingkan dengan sekarang ini untuk hidup di dalamnya
1. rekonstruksi social dan progresivisme
rekonstruksi social memilki ikatan yang jelas pada filsafat pendidikan progresif, keduanya melekatkan kepentinagn pokonya pada pengalaman yang di miliki oleh para siswa. Misalnya, karya pratt (1948) yang mengilustrasikan kesatuan rekonstruksi sosial dan progresivisme, ia menyatakan bahwa sekolah kota dan kampung yang didirikan di kota new york pada tahun 1914 “ berusaha mencocokkan sekolah dengan anak, bukan sebaliknya menyesuaikan anak dengan sekolah, kelas harus bercirikan dengan intraksi ekstensif antara guru dan siswa dan antara para siswa itu sendiri
menurut Brameld dan kaum rekonstruksionis seperti gerge counts, proses edukatif harus didasarkan pada suatu pencarian yang terus menerus untuk suatu masyarakat yang lebih baik. Hasil logis dari pencarian ini pada akhirnya akan merupakan realisasi dari suatu demokrasi dunia yang luas (Barameld 19260
2. latar belakang
rekonstruksionisme merupakan kelnjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir di dasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah- masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang ini. Sedangkan rekonstrusionisme yang di pelopori oleh george count dan Harold rug pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, mayarakat yang pantas dan adil
aliran ini berpendapat bahwa sekolah harus mendominasi atau mengarahkan perubahan/ rekonstruksi pada tatanan social pada saat ini. Usaha rekonstruksi social yang di upayakan brameld di dasarkan atas suatu asumsi bahwa kita telah beralih adari masyarakat agraris pedesaan kepada masyarakat urban yang berteknologi tinngi namun masih terdapat suatu kelambatab budaya yang serius yaitu dalam kemampuan manusia menyesuaikan diri terhadap masyarakat teknologi
3. sekolah sebagai agen perubahan sosial
george s couts sebagai pelopor rekonsrtuksionisme mengemukakan bahwa sekolah akan betul-betul berperan apabila sekolah menjadi pusat pembangunan mayarakat baru secara keseluruhan

Postingan terkait: